BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah etika
berasal dari kata yunani ethos , yang
dalam bentuk jamaknya (taetha) berarti adat istiadat atau kebiasaaan.[1]
Dalam pengertian ini , etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
dalam diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat yang
diwariskan dari satu orang ke orang lain dan dari satu generasi ke generasi
lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang
sebagai suatu kebiasaan.
Selanjutnya dapat dipahami juga
bahwa etika adalah cabang filsapat yang mempelajari baik buruknya perilaku
manusia .Di Indonesia , studi tentang masalah- masalah etis dalam bidang
ekonomi dan b/isnis sudah mulai banyak dilakukan oleh para ahli, termasuk
dikalangan mereka yang mempunyai minat dibidang ekonomi syariah.[2]
Urgensi etika bisnis yaitu perilaku
mencerminkan akhlak ( etika ) seseorang. Atau dengan kata lain, perilaku
berrelasi dengan etika. Apabila seseorang taat pada etika, berkecenderungan
akan menghasilkan prilaku yang baik dalam setiap aktifitas atau tindakannya,
tanpa kecuali dalam aktifitas bisnis.
Secara konkret bisa diilustrasikan
jika seorang pelaku bisnis yang peduli pada etika , bisa diprediksi ia akan
bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat kepentingan orang lain (
moral alturistik ) dan sebagainya.
Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai kesadaran etika, dimanapun dan
kapanpun saja tipe kelompok orang kedua ini akan menampakkan sikap kontra
produktif dengan tipe kelompok orang pertama dalam mengendalikan bisnis.[3]
Mustaq Ahmad ( dalam : etika
bisnis Islam ) menyebutkan Alquran membagi bisnis kedalam dua kategori,
yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Ciri bisnis yang menguntungkan
dilakukan dengan investasi modal yang sebaik-baiknya, mengedepankan keputusan
yang sehat, dan didasari perilaku pelaku yang benar. Sebaliknya , bisnis yang
merugi ditandai dengan investasi yang kotor, melalui keputusan yang tidak
sehat, dan didasari perilaku perilaku yang jahat. Oleh sebab itu untuk meraih
harta yang barakah, Alquran memerintahkan agar setiap Muslim melakukan bisnis
yang menguntungkan. Dengan demikian , ia akan senantiasa merasakan hidup dalam
atmosfer ridha Allah SWT. Oleh karena itu, setiap umat Islam di haruskan mempunyai prinsip-prinsip
etika dalam berbisnis sehingga diharapkan dapat memberikan keberkahan dan
kebahagian tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep yang ditawarkan Alquran tentang etika berbisnis ?
2. Bagaimana
tafsiran tentang ayat-ayat etika bisnis
islam di dalam Alquran?
3. Apa
asbabun nuzul ayat yang berkaitan dengan etika bisnis ?
C. Manfaat Penulisan
1.
Mengetahui
bagaimana sebenarnya konsep yang ditawarkan Alquran tentang etika berbisnis
2.
Mengertahui
bagaimana tafsiran tentang ayat- ayat etika bisnis di dalam Alquran?
3. Mengetahui
tentang asbabun nuzul ayat yang berkaitan dengan etika bisnis dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Prasyarat untuk meraih keberkahan
atas nilai traspenden seorang pelaku
bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip etika yang telah digariskan oleh
Alquran , antara lain :
A.
Shiddiq
artinya mempunyai kejujuran dan selalu
melandasi ucapan, keyakinan, dan amal perbuatan atas dasar nilai – nilai yang
benar berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang
disengaja antara ucapan dengan perbuatan. Karena itu Allah memerintahkan orang
– orang yang beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddiq dan menciptakan
lingkungan yang shiddiq. Dalam dunia bisnis kejujuran ditampilkan dalam bentuk
kesungguhan dan ketepatan ( mujahadah
dan itqan ) baik ketepatn waktu, janji , pelayanan, pelaporan, mengakui
kelemahan dan kekurangan ( tidak ditutup tutupi) .untuk kemudian diperbaiki
secara terus menerus , serta menjauhkan diri dari berbuat bohong dan
menipu ( baik dalam diri, teman sejawat,
perusahaan maupun mitra bisnis.[4]
Sedangkan Imam al Qusairi mengatakan bahwa kata shadiq ‘orang yang jujur
‘berasal dari kata shidq ‘kejujuran’. Kata shidq adalah bentuk penekanan
(mubalaghah) dari shadiq dan berarti orang yang didominasi kejujuran. Beliau
menegaskan bahwa didalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat komponen nilai
ruhani yang memantulkan berbagai sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap
moral yang terpuji. Dirinya telah dibelengu,dikuasai dan diperbudak oleh
kejujuran.dia merasa bangga menjadi budaknya Allah (‘Abdullah) .Segala tindakan
yang menyimpang dari nilai ruhani kejujurannya itu berarti berarti dia telah
mengkhianati diri dan keyakinannya sendiri. Orang yang tidak jujur berarti
telah menipu dirinya sendiri dihadapan Allah SWT.[5]
Mutiara Akhlak yang disebut dengan kejujuran akan menempatkan dirinya dalam
tingkata kemuliaan atau maqaman mahmuda.Kejujuran adalah kunci surga. “ Jauhilah
dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa membawamu keneraka.
Biasakanlah berkata jujur karena kejujuran akan membawamu kepada kebajikan dan
membawamu ke surga.demikaian,” demikian Sabda Rasululah.
|
Q.S
at –Taubah : 119
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB úüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ
Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar. ( Q.S at Taubah : 119 )
a. Kata Kunci
(
©!$##qà)®?$# :
Bertakwalah kepada Allah
(úüÏ%Ï»¢Á9$#yìtB#qçRqä.ur :
Hendaklah
Kamu bersama orang orang yang benar
b. Tafsir
Anugerah
Allah yang diraih oleh mereka yang yang diuraikan kisahnya oleh Ayat yang
sebelumnya adalah karena ketakwan, kesungguhan dan kebenaran mereka. Mereka
itulah yang hendaknya diteladani. Karena itu Allah mengajak Hai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakn seluruh perintahya
sekuat kemampuan kamu dan menjauhi seluruh larangnnya dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar dalm sikap, ucapan dan perbuatan mereka.
Kata
úüÏ%Ï»¢Á9$#y
As shadiqin adalah
bentuk jamak dari kata ash-shadiq. Ia terambil dari kata shidq / benar.
Berita yang benar adalahyang sesuai kandungannyadengan kenyataan. Dalam
pandangan agama, ia adlah sesuai dengan apa yang diyakini. Makna kata ini
berkembang sehingga ia mencakup arti sesuainya berita dan kenyataan, sesuainya
berita dengan keyakinan, serta adanya kesungguhan dalam upaya dan tekad
menyangkut apa yang dikehendaki.
Al-Biqa’i
memahami kata ìtB ma’al/ bersama sebagai isyarat
kebersamaan, walau dalam bentuk minimal. Memang seperti kata orang “ jika anda
tidak dapat seperti manusia agung, tirulah mereka. Kalau Anda tidak dapat
meniru mereka, bergaullah bersama mereka dan jangan tinggalkan mereka.
Siapa yang selalu bersama sesuatu , sedikit demi sedikit ia akan
terbiasa dengannya. Karena itu, Nabi saw. Berpesan : “ Hendaklah kamu ( berucap
dan bertindak ) benar. Kebenaran mengantar kepada kebajikan dan kebajikan
mengantar ke surga. Dan Seseorang yang selalu ( berucap dan bertindak ) benar
serta mencari yang benar , pada akhirnya dinilai Allah sebagai Shiddiq[6]
Sedangkan
Ahmad Mustafa Al Maraghi dalam tafsrinya al Maraghi menafsirkan, bahwasanya Wahai
orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, bertakwalah kamu kepada
Allah, dan takutlah kepadaNya, dengan menunaikan kewajiban-kewajiban yang Dia
fardhukan, dan menghalangi larangan-laranganNya. Dan jadilah kamu didunia tergolong orang yang setia
dan taat kepadaNya niscaya diakhirat kamu tergolong orang-orang yang
benar-benar masuk surga. Dan janganlah kamu bergabung dengan orang munafik yang
bercuci tangan dari dosa-dosa mereka dengan pengakuan dusta, lalu memperkuatnya
dengan sumpah.[7]
Pentingnya
etika dalam perdagangan bukan saja berdasarkan teks-teks wahyu dan hadist
tetapi juga telah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad saw. Berkaitan dengan hal ini
, Afzalur Rahman dalam bukunya , Muhammad sebagai pedagang menuliskan sebagai
berikut[8]
Adalah merupakan suatu fakta sejarah
bahwa Muhammad tidak hanya melakukan perdagangan dengan adil dan jujur, akan
tetapi ia bahkan meletakkan prinsif-prinsif mendasar untuk hubungan dagang yang
adil dan jujur. Kejujuran keadilan dan konsistensi yng ia pegang teguh dalam
transaksi-transaksi perdagangantelah menjadi teladan abadi –dalam segala jenis
masalah perdagangan. Reputasi Muhammad sebagai pedagang yang jujur dan
terpercaya telah terbina dengan baik sejak usia muda. Ia selalu memperlihatkan
rasa tanggung jawab dan integritas yang besar dalam berurusan dengan orang
lain.
c. Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa sebelum terjadi perang Tabuk ( Perang Nabi yang terakhir )
,Ka’ab bin Malik belum pernah ketinggalan ikut berperang bersama Rasulullah
saw., Kecuali perang Badar. Pada waktu perang Tabuk, Nabi saw. Mengadakan
mobilisasi umum untuk berangkat ke Tabuk. Hal ini diterangkan dengan hadist
yang panjang. Berkenaan dengan Ka’ab inilah , turun ayat ayat pengampunan ( Q.S
at Taubah 117-119 ). Dikemukakan bahwa Ka’ab bin Malik tidak mengikuti
Rasulullah pada perang Tabuk, sehingga ia di boikot oleh kaum mukminin pada
waktu itu.dengan turunnya ayat ini ia dan kaum Muslim lainnya mendapat ampunan
Allah, dan pemboikotan pun berakhir.[9]
B. Istiqamah
mempunyai
arti konsisten dalam iman dan nilai – nilai yang baik, meskipun menghadapi
berbagai godaan dan tantangan.Istiqamah dalam kebaikan di tampilkan dalam
keteguhan dan kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang
optimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara
terus menerus misalnya interaksi yang kuat dengan Allah dalam bentuk sholat,
zikir , membaca Alquran dan lain-lain. Proses itu menumbuhkembangkan suatu
sistem yang memungkinkan kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan . Orang dan
lembaga yang Istiqamah dalam kebaikan maka peluang- peluang bisnis yang
prospektif dan menguntungkan akan selalu
terbuka lebar. [10]
Q.S
al Ahqaaf : 13
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qä9$s% $oY/z ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# xsù ì$öqyz óOÎgøn=tæ wur öNèd cqçRtøts ÇÊÌÈ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
(
Q.S al Ahqaaf : 13 )
a. Kata Kunci
§
(#qßJ»s)tFó$#NèO :
Kemudian
mereka tetap Istiqamah
ì
óOÎgøn=tæ$öqyzxsù :
Maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
b. Tafsir
Setelah
ayat yang sebelumnya menjelaskan sekelumit dari perolehan al muhsisnin, ayat
diatas menjelaskan sedikit dari sifat mereka karena seakan akan ada yang
bertanya tanya tentang keadaan meeka. Ayat di atas menyatakan : Sesungguhnya
mereka adalah orang –orang yang percaya dan mengatakan secara tulus dan benar
bahwa : Tuhan pencipta, pemelihara dan yang terus berbuat baik kepada kami
adalah Allah yang tiada Tuhan , penguasa, dan pengatur alam raya selainnya.”
Kemudian kendati berlaku sekian lama dari ucapan dan keyakinan itu mereka tidak
digoyahkan oleh aneka godaan serta ujian, mereka tetap istiqamah, yakni
bersungguh sungguh dan konsisten dalam ucapan juga perbuatannya menyangkut
ucapan dan keyakinannya itu.Maka tidak ada kekhawatiran atas mereka, yakni rasa
takut tidak menguasai jiwa mereka berkaitan dengan hal hal yang bakal terjadi.
Betapapun hebatnya peristiwa itu dan mereka tiada pula berduka cita menyangkut
apa saja yang telah terjadi betapapun besarnya yang terjadi. Ini disebabkan
hati mereka sudah demikian tenang dengan kehadiran Allah bersama mereka. Mereka
itula penghuni Syurga , mereka kekal selama lamanya didalmnya; sebagai imbalan
atas apa yang senantiasa mereka kerjakan.
Firmannya
( ª!$#(# $oY/z qä9$s%) yang terjemahannya adalah mengatakan
tuhan kami adalah Allah bukan sekedar ucapan. Memang kata qala tidak
harus selalu diartikan mengucapkan / mengatakan tetapi ia juga berarti
keyakinan bahkan sikap dan tingkah laku. Atas dasar itu Sayyid Quthub tidak
meleset dari kebenaran ketika manyatakan bahwa
: “ kalimat rabbuna Allah merupakan sistem yang menyeluruh bagi kehidupan,
mencakup semua kegiatan dan arah, semua gerak dan detak detik hati serta
pikiran . Dialah yang menegakkan tolok ukur bagi pikiran dan perasaan , bagi
manusia dan dan segala sesuatu, bagi amal perbuatan dan dan peristiwa peristiwa
serta hubungan hubungan pada seluruh wujud ini. Rabbuna Allah sehingga hanya
kepadanya tertuju ibadah, hanya kepadanya kita mengarah, hanya kepadanya kita
takut dan hanya dia pula yang dapat diandalkan, Rabbuna Allah tidak ada
perhitungan bagi seseorang atau sesuatu selainnya. Sehingga semua kegiatan ,pemikiran
, pengagungan hanya tertuju kepadanya
dan mengharapkan ridha nya.Tidak ada penyelesaian hukum kecuali
petunjuknya. Rabbuna Allah menjadi semua yang wujud-baik mahluk berakal maupun
benda-benda tak bernyawa- memiliki hubungan dengan kita, kita bertemu pada
mereka pada hubungan kita dengan Allah. Demikian Rabbuna Allah merupakan sistem
yang sempurna bukan sekedar kalimat yang
diucapkan bibir atau keyakinan yang bersifat pasif jauh dari kenyataan hidup.
Kata ( NèO ) kemudian
dipahami sebagai isyarat tentang tingginya kedudukan istiqamah serta
kehadirannya setelah adanya iman kepada Allah. Istiqamah membutuhkan upaya
pengawasan diri secara terus menerus sambil menyesuaikan dengan kandungan iman
Kata
istiqamah adalah bentuk dari kata jadian ( infinitife noun ) dari
kata kerja istiqamu .Ia terambil dari kata qama yang pada mulanya
berarti lurus / tidak mencong. Menurut arti bahasa, istiqamah berarti
pelaksanaan sesuatu secara baik dan benar serta bersinambung. Kata ini kemudian
dipahami dalam arti konsisten dan setia melaksanakan sesuatu sebaik mungkin.
Rujuklah ke Q.S Fusshilat : 30 untuk memahami lebih banyak tentang maksud
kalimat tersebut.[11]
Penutup
ayat di atas yang menekankan tentang ganjaran
yang diperoleh adalah imbalan dari apa yang diamalkan, sekali lagi
menunjukkan bahwa qalu rabbuna Allah buka sekedar ucapan di bibir, tetapi
dibuktikan secara konkret dalam amal perbuatan.
Prof
. Hasby ash Sidiqiey dalam bukunya menjelaskan bahwa Segala orang yang berkata:
“Tuhan kami hanyalah Allah”, kemudian berlaku lurus berjalan diatas garis agama
dengan tulus hati, maka tak ada satupun yang dikhawatirkan terhadap mereka pada
hari kiamat dan mereka pun tidak pula bergundah hati atas kehilangan dunia ini.[12]
Q.S
al-Fusshilat : 30
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#qä9$s% $oY/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# wr& (#qèù$srB wur (#qçRtøtrB (#rãϱ÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. crßtãqè? ÇÌÉÈ
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu"(
Q.S al Fusshilat : 30 )
a. Tafsir
Ayat
ini menerangkan bahwa orang- orang yang mengatakan dan mengakui bahwa Tuhan
yang menciptakan, memelihara, menjaga kelangsungan hidup dan memberi rezeki dan
tuhan yang berhak disembah , Hanyalah Tuhan yang Maha esa saja, kemudian mereka
tetap teguh dalam pendiriannya itu, maka para malaikat akan turun kepada
mereka, untuk mendampingi mereka dalam saat-saat yang mereka perlukan, seperti
di saat mereka meninggal dunia, waktu di dalam kubur dan waktu mereka dihisab akhirat nanti, sehingga
kesulitan yang mereka hadapi terasa menjadi ringan.
b. Asbabun
Nuzul
Diriwayatkan
bahwa Ata’ dan Ibnu Abbas berkata : Ayat ini diturunkan berhubungan dengan
Abu Bakar R.a bahwa orang- orang musyrik mengatakan : “ Tuhan kami
adalah Allah , para malaikat adalah puteri-puterinya dan mereka adalah pemberi
syafaat kepada kami di samping allah, sedang mereka tidak berpendirian teguh .
Berkata Abu Bakar, Tuhan kami hanyalah Allah saja, tidak ada sekutu baginya dan
Muhammad adalah hamba dan Rasulnya, Maka hendaklah kamu berpendirian teguh .
Maka turunlah ayat ini yang menyatakan kebenaran jawaban Abu Bakar itu.[13]
Menurut
Abu Bakar, yang dimaksud perkataan Istiqamu, ialah tidak mempersekutukan
Allah dengan sesuatu apapun.
Kepada
orang yang beriman dan berpendirian teguh dengan tidak mempersekutukan
Allah dengan sesuatu apapun, Allah SWT
menurunkan malaikat dengan menyampaikan kabar yang menggembirakan, memberikan
segala yang bermanfaat, menolak kemudharatan, menghilangkan duka cita yang
mungkin ada padanya dalam seluruh urusan duniawi ataupun ukhrawi sehingga
dadanya menjadi lapang dan tenteram.tidak ada kekhawatiran pada diri mereka,
sedang kepada orang-orang kafir datang setan yang selalu menggoda mereka,
sehingga setan menjadikan perbuatan buruk indah menurut pandangan mereka.[14]
C. Fathanah
Mempunyai
arti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi
tugas dan kewajibannya. Sifat ini akan menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan
melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya
mungkin dimiiki manakala seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu
pengetahuan , peraturan, informasi ,baik yang berhubungan dengan pekerjaaan
maupun perusahaan secara umum. Sifat ini pula lah yang mengantarkan Nabi
Muhammad SAW ( sebelum menjadi Nabi )
pada keberhasilan dalam kegiatan perdagangan ( Riwayat Imam Bukhari ).[15]
Sifat
Fathanah ( perpaduan antara alim dan hafidz ) juga telah mengantarkan Nabi
Yusuf a.s dan timnya berhasil membangun kembali negeri Mesir.
Q.S Yusuf : 55
tA$s% ÓÍ_ù=yèô_$# 4n?tã ÈûÉî!#tyz ÇÚöF{$# ( ÎoTÎ) îáÏÿym ÒOÎ=tæ ÇÎÎÈ
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku
bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga,
lagi berpengetahuan". ( Q.s Yusuf : 55 )
a. Tafsir
Beberapa
ulama berdasarkan sebuah riwayat mengilustrasikan bahwa ketika terlaksana
pertemuan antara raja dan yusuf As raja meminta yusuf As untuk menguraikan
kembali makna mimpinya. Sambil
menjelaskannya Yusuf As mengusulkan agar raja memerintahkan mengumpulkan
makanan dan meningkatkan upaya pertanian. Ketika itulah raja bertanya, “Siapa
yang dapat melaksanakan semua ini maka yusuf As berkata ,” Jadikanlah aku
bendahara Negara.
Ayat diatas mendahulukan
kata hafizh daripada kata alim. Ini karena pemeliharaan amanah
lebih penting dari pengethuan. Seseorang yang memelihara amanah dan tidak
berpengetahuan akan mendorong untuk meraih pengetahuan yang belum dimilikinya.
Dan seseorang yang berpengetahuan tetapi tidak memiliki amanah, bisa jadi ia
menggunakan pengetahuannya untuk menghianati amanah.[16]
D.
Amanah
mempunyai
arti bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan keawajiban. Amanah
ditampilkan dalam dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan
ihsan ( berbuat yang terbaik ) dalam segala hal. Sifat amanah mesti dimiliki
oleh setiap Mukmin, terlebih bagi yang mempunyai pekerjaan yang berhubungan
dengan bisnis dan pelayanan kepada masyarakat.
Q.S
an-Nisa : 58
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat. ( An Nisa : 58 )
a. Kata Kunci
(#rxsè? br& : untuk menyampaikan
M»uZ»tBF{$#
# : Amanat
$ygÎ=÷dr& n<Î# :
Kepada
yang berhak menerimanya
b. Tafsir
Ayat
ini menjelaskan keburukan orang yahudi, seperti tidak menunaikan amanah yang
Allah percayakan kepada mereka yakni amanah mengamalkan kitab suci dan tidak
menyembunyikan isinya, kini Alqur’an kembali menuntun kaum muslim agar tidak
mengikuti jejak mereka, karena ayat ini langsung menyebut nama Allah sebagai
yang menuntun dan memerintahkan, sebagaimana terbaca dalam firmannya di atas ; .
Sesungguhnya Allah adalah Maha
Agung, yang wajib wujudnya serta menyandang segala sifat terpuji lagi
suci dari segala sifat tercela, menyuruh kamu menunaikan amanat-amanat secara
sempurna dan tepat waktu kepada pemiliknya, yakni yang berhak menerimanya, baik
amanat Allah kepada kamu, maupun amanat manusia, betapun banyaknya yang
diserahkannya kepada kamu, dan Allah juga menyuruh kamu apabila kamu menetapkan
hukum di antara manusia.
Amanah adalah sesuatu yang diserahkan Allah kepada
pihak lain untuk dipelihara dan dikembalikan bila tiba saatnya atau bila
diminta oleh pemiliknya. Amanah adalah lawan dari kata khianat. Ia tidak
diberikan kecuali kepada orang yang dinilai oleh pemberinya dapat memelihara
dengan baikapa yang diberikannya itu.
Agama mengajarkan bahwa amanah / kepercayaan adalah
asas keimanan berdasrkan sabda Nabi Muhammad saw, “ Tidak ada iman bagi yang
tidak memiliki amanah “ .
Di atas, terbaca
ayat ini menggunakan bentuk jamak dari kata amanah. Hal ini karena
amanah bukan sekedar sesuatu yang bersifatmatrial, tetapi juga non material an
bermacam – macam. Semuanya diperintahkan Allah agar ditunaikan . Ada amanah
antara manusia dan Allah, antsara manusia dan manusia lainnya, antara manusia
dan lingkungannya, dan antara manusia dengan dirinya sendiri. Masing masing
memilki perincian, dan setiap perincian haarus dipenuhi, walaupun seandainya
amanah yang banyak itu hanya milik seorang.
Ayat di atas ketika memerintahkan menunaikan
amanat, ditekankannya bahwa amanat tersebut harus ditunaikan kepada ahliha yakni
pemiliknya, dan ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil,
dinyatakannya apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia. Ini berarti bahwa perintah
berlaku adil tu ditujukan terhadap manusia secara keseluruhan. Dengan demikian
baik amanat maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa membedakan
agama, keturunan, atau ras.[17]
c.
Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah Fathu
Makkah, Rasulullah saw, memanggil Usman bin Thalhah untuk meminta kunci kakbah.
Ketika ustman datang menghadap Nabi untuk menyerahkan kunci , berdirilah al
Abbas seraya berkata Ya Rasulullah , demi Allah, serahkan kunci itu kepadaku.
Saya akan rangkap jabatan tersebut dengan jabatan Siqayah ( urusan pengairan )
.” Ustman menarik kembali tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah : “ Berikanlah
kuci itu wahai ustman kepadaku ,..! Ustman berkata : Inilah dia , amanat dari
Allah. Maka berdirilah Rasulullah membuka kakbah dan kemudian untuk tawaf di
Baitullah. Lalu turunlah Jibril membawa perintah supaya kunci itu diserahkan
kembali kepada Ustman. Rasulullah melaksanakan perintah itu sambil membaca ayat
tersebut di atas.[18]
Sedangkan
Syu’bah meriwayatkan didalam tafsirnya dari Hajjaj dari Ibnu Juraij dia berkata
,” ayat ini turun pada Ustman bin Thalhah ketika Fathu Makkah.Setelah
Rasulullah saw. Mengambil kunci kakbah darinya, beliau masuk kekakbah
bersamanya. Setelah keluar dari Kakbah dan membaca ayat diatas , beliau memanggil
Ustman dan memberikan kunci Kakbah kepada kepadanya.Ketika Rasulullah saw.
Keluar dari Kakbah dan membaca firman Allah di atas, Umar Ibnu Khattab berkata
, sungguh saya tidak pernah mendengar beliau membaca ayat ini sebelumnya.’dari
kata-kata Umar ini tampak bahwa ayat ini turun di dalam Kakbah.[19]
Q.S
al-Anfal : 27
$pkr'¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä w (#qçRqèrB ©!$# tAqߧ9$#ur (#þqçRqèrBur öNä3ÏG»oY»tBr& öNçFRr&ur tbqßJn=÷ès? ÇËÐÈ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(
al Anfal : 27 )
a. Kata kunci
(#qçRqèrBw : janganlah kamu mengkhianati
öNä3ÏG»oY»tBr& : amanat- amanat yang
dipercayakan kepadamu
b. Tafsir
Allah
SWT menyeru kaum Muslimin agar mereka tidak mengkhianati Allah dan Rasulnya ,
yaitu mengabaikan kewajiban- kewajiban yang harus mereka laksanakan, melanggar
larangan- larangannya, yang tealah ditentukan dengan perantaraan wahyu. Dan
tidak mengkhianati amanat yang telah dipercayakan kepada mereka, yaitu
mengkhianati segala macam urusan yang menyangkut ketertiban umat, seperti
urusan pemerintahan, urusan perang, urusan perdata, urusan kemasyarakatan dan
tata tertib hidup masyarakat. Untuk mengatur segala macam urusan yang ada dalam
masyarakat itu diperlukan adanya peraturan yang ditaati oleh segenap anggota
masyarakat dan oleh pejabat-pejabat yang
dipercaya mengurusi kepentingan ummat. Peraturan- peraturan itu secara
prinsiftelah diberikan ketentuannya secara garis besar didalam Alquran dan
Hadist. Maka segenap yang berpautan dengan segala urusan kemasyarakatan itu
tidak boleh bertentangan dengan prinsif-prinsif yang telah ditentukan.
Karenanya segenap peraturan yang menyangkut kepentingan ummat tidak boleh
dikhianati, dan wajib ditaati ssebagaimana mestinya. Hampir seluruh kegiatan
dalam masyarakat ini berhubungan dengan kepercayaan itu. Itulah sebabnya maka
Allah SWT melarang kaum Muslimin mengkhianati amanat, Karena apabila amanat
sudah tidak terpelihara lagi berarti hilanglah kepercayaan. Dan apabila
kepercayaan telah hilang maka berarti ketertiban hukum tidak akan terpelihara
lagi dan ketenangan hidup bermasyarakat tidak dapat dinikmati lagi.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan
bahwa bahaya yang akan menimpa masyarakat lantaran mengkhianati amanat yang
telah diketahui , baik bahaya yang akan menimpa mereka di dunia , yaitu
merajalelanya kejahatan dan kemaksiatan yang menggoncangkan hidup
bermasyarakat, ataupun penyesalan yang abadi dan siksaan api neraka yang akan
menimpa mereka di akhirat nanti.
Khianat adalah sifat orang- orang
munafik, sedang amanah adalah sifat orang-orang
Mukmin.
Maka orang Mukmin harus menjauhi sifat khianat itu agar tidak terjamgkit
penyakit nifak yang dapat mengikis habisnya Iman.
c. Asbabun Nuzul
Ayat ini turun
berkenaan dengan Abu Lubabah ketika Rasulullah SAW. mengepung suku Quraizah dan memerintahkan
mereka untuk menerima putusan Sa’ad. Sesudah itu Quraizah berunding dengan Abu
Lubahah tentang menerima putusan Sa’ad itu, karena keluarga Abu Lubahah dan
harta bendanya berada dalam kekuasaan mereka.
Kemudian Quraizah menunjuk ke lehernya ( yakni sebagai tanda untuk
disembelih ) . Abu Lubahah berkata : “
sebelum kedua telapak kakiku bergerak, aku telah mengetahui bahwa diriku telah
berkhianat kepada Allah da Rasulnya. Kemudian Ia bersumpah tidak akan maka
apapun sehingga ia mati, atau Allah menrima taubatnya . Kemudian Ia pergi ke
masjid dan mengikat dirinya ke tiang , dan tinggal beberapa hari disana
sehingga jatuh pingsan, karena badannya sangat lemah. Kemudian Allah SWT
menerima taubatnya. Dan Ia bersumpah , bahwa ia tidak boleh melepaskan dirinya
dari ikatannya selain oleh Rasulullah sendiri. Kemudian ia berkata : “ Hai
Rasulullah ! saya bernazar untuk melepaskan hartaku sebagai sadaqah. Rasulullah
SAW , bersabda : “ cukuplah bersadaqah sepertiganya.[20]
Q.S al Mu’minun : 8
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÏF»oY»tBL{ öNÏdÏôgtãur tbqããºu ÇÑÈ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya
( Q.S al Mu’minun : 8 )
a. Kata kunci
öNÎgÏF»oY»tBL{ : pada amanat mereka
öNÏdÏôgtãur : Dan janji mereka
tbqããºu : Mereka memelihara
b. Tafsir
tö NÎgÏF»oY»tBL{ öNèd ûïÏ%©!$#ur (dan orang orang yang terdapat amanat
yang dipercayakan kepada mereka) dapat dibaca secara jamak dan mufrod, NÏdÏôgtãur
dan janji mereka yang mereka adakan diantara sesama mereka atau antara mereka
dengan Allah, seperti Shalat dan lainnya. bqããºu (mereka
memeliharanya) benar- benar menjaganya.
Memelihara
amanat-amanat yang dipikulnya dan menepati janjinya, Dalam ayat ini Allah SWT
menerangkan sifat keenam dari seorang mukmin yang beruntung itu, ialah suka
memelihara amanat amanat yang dipikulnya, baik dari Allah SWT ataupun dari
sesama manusia, yaitu bilamana kepada mereka dititipkan barang atau uang
sebagaimana amanat yang harus disampaikn kepada orang lain, maka mereka
benar-benar menyampaikan amanat itu sebagaimana mestinya dan tidak berbuat
khianat. Demikian pula bila mereka mengadakan perjanjian, memenuhinya dengan
sempurna. Mereka
menjauhkan diri dari sifat kemunafikan seperti tersebut dalam sebuah hadist
yang masyhur. Yang menyatakan tanda orang munafik itu ada tiga yaitu berbicara
suka berdusta jika menjanjikan sesuatu suka menyalahi dan jika diberi amanat
suka berkhianat[21].
Q.S
al Ma’arij : 32
tûïÏ%©!$#ur öLèe öNÍkÉJ»oY»tBL{ ôMÏdÏôgtãur tbqããºu ÇÌËÈ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya.
(
Q. S al Ma’arij : 32
a.
Kata
kunci
NÎgÏF»oY»tBL{ : pada amanat mereka
NÏdÏôgtãur : Dan janji mereka
bqããºu : Mereka memelihara
b. Tafsir
Pada
ayat sebelumnya yakni Q.S al Ma’arij ayat 19-30 telah disinggung bahwa manusia pada
umumnya mempunyai sifat suka berkeluh kesah dan kikir. Apabila manusia ditimpa
kesusahan, maka selalu berkeluh kesah. Begitu juga ketika manusia mendapat
rahmat, maka manusia menjadi kikir. Karena itu Allah memberikan cara untuk
menghilangkan sifat tersebut dari diri manusia yaitu dengan mengerjakan sholat
pada waktu yang telah ditetaokan , menunaikan zakat, beriman pada hari
pembalasan , takut atas azab Allah dan memelihara kehormatan, kemudian pada
pada Q.S al Ma’arij ayat 32 ini Allah menerangkan syarat-syarat lain yang dapat
menghilangkan sifat berkeluh kesah dan sifat kikir yakni memelihara amanat yang
di percayakan kepadanya. Amanat dapat berebentuk perjanjian atau kesanggupan
untuk melakukan atau tidak melakukan suatau perbuatan.Kesanggupan memelihara
amanat termasuk salah satu sifat seorang Muslim. Dilanjutkan pada Q.S al
Ma’arij ayat 33 dan 44 juga disebutkan cara lain untuk menghilangkan sifat
kikir dan suka berkeluh kesah yaitu memberikan kesaksian dengan jujur serta
memelihara shalat dengan baik. Di tutup pada Q.S al Ma’arij ayat 35 bahwa
manusia yang menjalankan cara-cara tersebut akan mendapatkan balasan surga, “ulaika
fi amanatihim mukramun”.[22]
E. Longgar dan Bermurah Hati
Dalam
transaksi bisnis terkadang terjadi kontak bisnis antara penjual dan pembeli.
Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah
hati.kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang penjual akan mendapat
berkah dalam penjualan dan akan diminati oleh pembeli.Kunci suksesnya adalah
satu yaitu service kepada orang lain. Rasulullalh saw .bersabda :” senyummu
kepada saudaramu adalah sedekah bagimu “ ( H.R Al Turmidzi )
Bukanlah
senyum dari seorang penjual terhadap pembeli merupakan wujud refleksi dari
sikap ramah yang menyejukkan hati sehingga orang lain akan senang. Dan bukan
tidak mungkin pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan setia yang akan
menguntungkan pengembangan bisnis di kemudian hari. Sebaliknya , jika penjual
bersikap kurang ramah, apalagi kasar dalam melayani pembeli, justru mereka akan
melarikan diri dalam arti tidak akan mau kembali lagi.[23]
Q.S
Ali Imran : 159
( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym (
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Q.S
Ali Imran : 159 )di
a. Tafsir
Firman
Allah : Sekiranya Engkau bersikap keras lagi berhati
kasar..,mengandung makna bahwa engkau, Muhammad bukanlah seorang yang
berhati keras. Sahabat- sahabat Nabi selalu berada di sekeliling beliau ,
senang bersama beliau dan tidak jemu
jemu mendengar sabda beliau, dan walau semua merasa mendapatkannya, tidak
seorangpun merasa , bahkan kehangatan yang diperoleh orang lain mengurangi
kmahluehangatan yang didambakannya. Persis seperti kehangatan matahari,
betapapun kehangatan nya diperoleh semua mahluk, tidak satu pun yang mengeluh
kekurangannya.
Firman
Nya : Berlaku keras lagi berhati kasar, menggambarkan sisi dalam dan
sisi manusia. Berlaku keras menunjukkan sisi luar manusia dan berhati kasar ,
menunjukkan sisi dalamnya . Kedua hal ini dinafikkan dari Rasulullah, memang
,keduanya perlu dinafikkan dari Rasul saw. Memang ,keduanya perlu dinafikkan
secara bersamaan karena, boleh jadi , ada yang berlaku keras tapi hatinya
lembut atau hatinya lembut tapi tidak mengetahui sopan santun. Karena yang
terbaik adalah yang menggabung keindahan sisi luar dalam perilaku yang sopan,
kata –kata yang indah sekaligus hati yang luhur, penuh kasih sayang. [24]
Nabi
Muhammad saw.adalah orang yang Berbudi pekerti yang halus , berhati lunak
lembut dan penyayang kepada umatnya. Oleh sebab itu berduyun duyun manusia
masuk agama Islam yang dibawanya. Oleh karena itu ia tidak lupa bermusyawarah
dengan mereka tentang pekerjaan yang bersangkut paut dengan urusan negeri
seoerti dari hal peperangan dsb. Setelah Nabi bermusyawarah dengan mereka dan
telah sempurna alat perkakasnya,baharulah ia mengerjakan pekerjaan itu, sambil
menyerahkan diri kepada Allah.[25]
b. Asbabun Nuzul
Pada
waktu kaum Muslimin mendapatkan kemenangan dalam peperangan Badar, banyak orang
–orang Musyrikin yang menjadi tawanan perang. Untuk menyelesaikan masalah itu
Rasulullah saw mengadakan musyawarah dengan Abu Bakardan Umar bin Khattab.
Rasulullah meminta pendapat Abu Bakar tentang tentang tawanan perang tersebut.
Abu Bakar memberikan pendapatnya, bahwa tawanan perang itu sebaiknya
dikembalikan keluarganya dengan membayar tebusan. Hal ini sebagai bukti bahwa
Islam itu lunak, apalagi kehadirannya baru saja. Kepada Umar bin Khattab juga
dimintai pendapat. Dia mengemukakan, bahwa tawanan perang itu di bunuh saja. Yang diperintah membunuh adalah keluarganya. Hal ini dimaksudkan agar
dibelakang hari mereka tidak berani mnghina dan mencaci Islam, sebab bagaimanapun
Islam perlu memperlihatkan kekuatannya di mata mereka. Dari dua pendapat yang
bertolak belakang ini Rasulullah saw sangat kesulitan untuk mengambil
kesimpulan. Akhirnya Allah menurunkan ayat 159 ini yang menegaskan Agar
Rasulullah berbuat lemah lembut, Kalau berkeras hati , tentu mereka tidak akan
menarik simpati sehingga mereka akan lari dari ajaran Islam. Alhasil ayat ini
turun sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar ash Shiddiq. Di sisi lain
memberi peringatan kepada Umar apabila dalam permusyawaratan pendapatnya tidak
diterima hendaklah bertawakkal kepada Allah swt. Sebab Allah sangat mencintai
orang yang bertawakkal. Dengan turunnya ayat ini maka tawanan perang itupun
dilepaskan sebagaimana saran Abu Bakar.[26]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Urgensi
etika bisnis yaitu perilaku yang mencerminkan akhlak ( etika ) seseorang. Atau
dengan kata lain, perilaku berrelasi dengan etika. Apabila seseorang taat pada
etika, berkecenderungan akan menghasilkan prilaku yang baik dalam setiap
aktifitas atau tindakannya, tanpa kecuali dalam aktifitas bisnis.
2. Secara
konkret bisa diilustrasikan jika seorang pelaku bisnis yang peduli pada etika ,
bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat
kepentingan orang lain ( moral
alturistik ) dan sebagainya. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai
kesadaran etika, dimanapun dan kapanpun saja tipe kelompok orang kedua ini akan
menampakkan sikap kontra produktif dengan tipe kelompok orang pertama dalam
mengendalikan bisnis. Prasyarat untuk meraih keberkahan atas nilai
traspenden seorang pelaku bisnis harus
memperhatikan beberapa prinsip etika yang telah digariskan oleh Alquran ,
antara lain :
a. Berprilaku
Shiddiq
b. Berperilaku Amanah
c. Berprilaku
Fathananh
d. Berprilaku
Istiqamah, serta
e. Longgar
dan bermurah hati
B. saran
Kepada
setiap Umat Islam diharapkan untuk melaksanakan kegiatan bisnis dengan
berpedoman kepada etika yang telah dijelaskan Allah di dalam Alquran dan juga
seperti yang di contohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. Agar Usaha bisnis yang dijalankan
tidak hanya memperoleh keuntungan dan keberkahan didunia , tetapi juga
keuntungan dan keberkahan di akhirat. Dan terkhusus kepada rekan-rekan
mahasiswa agar mensosialisasikan etika bisnis secara Islami kepada masyarakat
untuk mencapai tatanan kehidupan berbisnis yang lebih baik dikemudian hari.
|
DAFTAR PUSTAKA
Al
Quranul Karim
Akmal,
Azhari. Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi, Bandung : Cipta Pustaka
Media perintis,2012
As-Suyuthi,
Jalaluddin.Sebab Turunnya Ayat- Ayat Alquran,
Depok : Gema Insani,2008.
Dahlan
, Ahmad dan Q.shaleh. Asbabun Nuzul , Bandung : Diponegoro, 2000.
Departemen
Agama, Alquran dan tafsirnya jilid VII,
semarang : Citra Effhar,
. Rajawali pers, 2002,
Djakfar
, Muhammad. Etika Bisnis Islam , Malang : UIN Malang Pres , 2007.
Djakfar
, Muhammad. Etika Bisnis Islam Tataran teoritis dan praktis ,Malang :
UIN Malang Pres , 2008.
Hafiduddin,
Didin. Islam Aplikatif. Jakarta : Gema Insani, 2003.
Jalaluddin,
Imam al Mahali, Tafsir Jalalain. Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1990
Keraf
,Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya ,Yogyakarta : Kanisius
,1998 .
Mustafa Al-Maraghi, , Ahmad. Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV.Toha
Putra, 1987.
Muhali
A. Mudzab, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran .Yogyakarta :
Shihab,
M. Quraish. Tafsir al Mishbah volume II. Ciputat : Lentera Hati ,
2002.
.
Tafsir al Mishbah volume III. Ciputat : Lentera Hati , 2002.
.
Tafsir al Mishbah volume V . Ciputat : Lentera Hati , 2002.
.
Tafsir al Mishbah volume XII. Ciputat : Lentera Hati , 2002.
Suwiknyo,
dwi. Ayat-Ayat Ekonomi Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010.
Tasmara,
Toto.Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta :Gema Insani, 2002.
Yunus
, Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta : Hidakarya Agung ,1992
Universitas
Islam Indonesia , Alquran dan Tafsirnya , Yogyakarta :
PT. Bhakti Prima Yasa, 1991.
|
[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis
Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14
[2] Muhammad Djakfar, Etika
Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema
Insani, 2003 ), hal.36
[5] Toto Tasmara,Membudayakan
Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani,2002),. Hal. 80
[6] M.Quraish Shihab, Tafsir al
Mishbah vol. V., ( Ciputat : Lentera
Hati ,2002 ),.hal. 280
[8]
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi ( Bandung :
Ciptapustaka Media perintis , 2012),.hal.263
[9] Q.shaleh dan Ahmad Dahlan, Asbabun
Nuzul (Bandung : Diponegoro, 2000)., hal.285
[10] Didin Hafidhudin,.Op.cit.,hal.
36
[11] M.Quraish Shihab, Tafsir al
Mishbah vol. XII., ( Ciputat :
Lentera Hati ,2002 ),.hal. 399-400
[13] Departemen Agama, Alquran dan
tafsirnya jilid VII,( semarang : PT Citra Effhar, 1993 ) ., hal. 659
[14] Ibid, hal.660
[15] Didin hafhiduddin, Opcit. ,hal.37
[17] M.Quraish Shihab, Tafsir al
Mishbah vol.II., ( Ciputat : Lentera
Hati ,2002 ),.hal. 582
[18] Q.shaleh dan Ahmad
Dahlan.,op.cit hal.145
[19] Jalaluddin As –Suyuthi, Sebab
Turunnya Ayat Alquran ( Depok : Gema Insani, 2008) , hal.172
[20] Universitas Islam Indonesia ,
Alquran dan Tafsirnya , (Yogyakarta : PT. Bhakti Prima Yasa, 1991 ),.hal.
745-748
[21] Imam Jalaluddin al Mahali, Tafsir
Jalalain. ( Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1990 ),.hal. 1411
[22] Dwi suwiknyo , Ayat-Ayat
Ekonomi Islam. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010 ),.hal.16-17
[23]
Muhammad dzakfar,.op.cit. hal. 29
[24]
M.Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah
vol. II., ( Ciputat : Lentera Hati ,2002 ),.hal. 312
[25] Mahmud Yunus , Tafsir Quran
Karim ( Jakarta : Hidakarya Agung ,1992) , hal,. 95
[26]
A. Mudzab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran. (
Yogyakarta : Rajawali Press,
2002),.hal.184
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak kamu di sini ya..!
Silahkan isi dan komentari dengan sopan
Salam Blogger.