TAFSIR ETIKA BISNIS ISLAM


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Istilah etika berasal dari kata yunani  ethos , yang dalam bentuk jamaknya (taetha) berarti adat istiadat atau kebiasaaan.[1] Dalam pengertian ini , etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik dalam diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat yang diwariskan dari satu orang ke orang lain dan dari satu generasi ke generasi lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai suatu kebiasaan.
            Selanjutnya dapat dipahami juga bahwa etika adalah cabang filsapat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia .Di Indonesia , studi tentang masalah- masalah etis dalam bidang ekonomi dan b/isnis sudah mulai banyak dilakukan oleh para ahli, termasuk dikalangan mereka yang mempunyai minat dibidang ekonomi syariah.[2]
            Urgensi etika bisnis yaitu perilaku mencerminkan akhlak ( etika ) seseorang. Atau dengan kata lain, perilaku berrelasi dengan etika. Apabila seseorang taat pada etika, berkecenderungan akan menghasilkan prilaku yang baik dalam setiap aktifitas atau tindakannya, tanpa kecuali dalam aktifitas bisnis.
            Secara konkret bisa diilustrasikan jika seorang pelaku bisnis yang peduli pada etika , bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat kepentingan orang lain ( moral  alturistik ) dan sebagainya. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai kesadaran etika, dimanapun dan kapanpun saja tipe kelompok orang kedua ini akan menampakkan sikap kontra produktif dengan tipe kelompok orang pertama dalam mengendalikan bisnis.[3]

 
            Menurut Qardahwi antara ekonomi ( bisnis ) dan akhlak ( etika )  tidak pernah terpisah sama sekali , seperti halnya antra ilmu dan akhlak, politik dan akhlak, dan antara perang dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami. Karena risalah Islam adalah risalah akhlak. Sebagaimana pula tidak pernah terpisah antara agama dan negara, dan antara materi dan ruhani. Seorang Muslim yakin akan kesatuan hidup dan kesatuan kemanusiaan. Sebab itu tidak bisa diterima sama sekali tindakan pemisahan antara kehidupan dunia dan agama sebagaimana terjadi di Eropa.
            Mustaq Ahmad ( dalam : etika bisnis Islam ) menyebutkan Alquran membagi bisnis kedalam dua kategori, yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Ciri bisnis yang menguntungkan dilakukan dengan investasi modal yang sebaik-baiknya, mengedepankan keputusan yang sehat, dan didasari perilaku pelaku yang benar. Sebaliknya , bisnis yang merugi ditandai dengan investasi yang kotor, melalui keputusan yang tidak sehat, dan didasari perilaku perilaku yang jahat. Oleh sebab itu untuk meraih harta yang barakah, Alquran memerintahkan agar setiap Muslim melakukan bisnis yang menguntungkan. Dengan demikian , ia akan senantiasa merasakan hidup dalam atmosfer ridha Allah SWT. Oleh karena itu, setiap umat  Islam di haruskan mempunyai prinsip-prinsip etika dalam berbisnis sehingga diharapkan dapat memberikan keberkahan dan kebahagian tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat.
           
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana konsep yang ditawarkan Alquran tentang etika berbisnis ?
2.      Bagaimana tafsiran  tentang ayat-ayat etika bisnis islam di dalam Alquran?
3.      Apa asbabun nuzul ayat yang berkaitan dengan etika bisnis ?

C.    Manfaat Penulisan
1.      Mengetahui bagaimana sebenarnya konsep yang ditawarkan Alquran tentang etika berbisnis
2.      Mengertahui bagaimana tafsiran tentang ayat- ayat etika bisnis di dalam Alquran?
3.      Mengetahui tentang asbabun nuzul ayat yang berkaitan dengan etika bisnis dalam Islam



BAB II
PEMBAHASAN

            Prasyarat untuk meraih keberkahan atas nilai traspenden  seorang pelaku bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip etika yang telah digariskan oleh Alquran , antara lain :
A.    Shiddiq
 artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, dan amal perbuatan atas dasar nilai – nilai yang benar berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dengan perbuatan. Karena itu Allah memerintahkan orang – orang yang beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddiq dan menciptakan lingkungan yang shiddiq. Dalam dunia bisnis kejujuran ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan  ( mujahadah dan itqan ) baik ketepatn waktu, janji , pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan dan kekurangan ( tidak ditutup tutupi) .untuk kemudian diperbaiki secara terus menerus , serta menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu  ( baik dalam diri, teman sejawat, perusahaan maupun mitra bisnis.[4] Sedangkan Imam al Qusairi mengatakan bahwa kata shadiq ‘orang yang jujur ‘berasal dari kata shidq ‘kejujuran’. Kata shidq adalah bentuk penekanan (mubalaghah) dari shadiq dan berarti orang yang didominasi kejujuran. Beliau menegaskan bahwa didalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji. Dirinya telah dibelengu,dikuasai dan diperbudak oleh kejujuran.dia merasa bangga menjadi budaknya Allah (‘Abdullah) .Segala tindakan yang menyimpang dari nilai ruhani kejujurannya itu berarti berarti dia telah mengkhianati diri dan keyakinannya sendiri. Orang yang tidak jujur berarti telah menipu dirinya sendiri dihadapan Allah SWT.[5] Mutiara Akhlak yang disebut dengan kejujuran akan menempatkan dirinya dalam tingkata kemuliaan atau maqaman mahmuda.Kejujuran adalah kunci surga. “ Jauhilah dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa membawamu keneraka. Biasakanlah berkata jujur karena kejujuran akan membawamu kepada kebajikan dan membawamu ke surga.demikaian,” demikian Sabda Rasululah.


3
 

Q.S at –Taubah : 119

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB šúüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ  
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. ( Q.S at Taubah : 119 )

a.      Kata Kunci

(            ©!$##qà)®?$#                      : Bertakwalah kepada Allah
(úüÏ%Ï»¢Á9$#yìtB#qçRqä.ur          : Hendaklah Kamu bersama orang orang yang benar

b.      Tafsir
Anugerah Allah yang diraih oleh mereka yang yang diuraikan kisahnya oleh Ayat yang sebelumnya adalah karena ketakwan, kesungguhan dan kebenaran mereka. Mereka itulah yang hendaknya diteladani. Karena itu Allah mengajak Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakn seluruh perintahya sekuat kemampuan kamu dan menjauhi seluruh larangnnya dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar dalm sikap, ucapan dan perbuatan mereka.
Kata úüÏ%Ï»¢Á9$#y   As shadiqin adalah bentuk jamak dari kata ash-shadiq. Ia terambil dari kata shidq / benar. Berita yang benar adalahyang sesuai kandungannyadengan kenyataan. Dalam pandangan agama, ia adlah sesuai dengan apa yang diyakini. Makna kata ini berkembang sehingga ia mencakup arti sesuainya berita dan kenyataan, sesuainya berita dengan keyakinan, serta adanya kesungguhan dalam upaya dan tekad menyangkut apa yang dikehendaki.
Al-Biqa’i memahami kata  ìtB  ma’al/ bersama sebagai isyarat kebersamaan, walau dalam bentuk minimal. Memang seperti kata orang “ jika anda tidak dapat seperti manusia agung, tirulah mereka. Kalau Anda tidak dapat meniru mereka, bergaullah bersama mereka dan jangan tinggalkan mereka.
Siapa yang selalu bersama sesuatu , sedikit demi sedikit ia akan terbiasa dengannya. Karena itu, Nabi saw. Berpesan : “ Hendaklah kamu ( berucap dan bertindak ) benar. Kebenaran mengantar kepada kebajikan dan kebajikan mengantar ke surga. Dan Seseorang yang selalu ( berucap dan bertindak ) benar serta mencari yang benar , pada akhirnya dinilai Allah sebagai Shiddiq[6]
Sedangkan Ahmad Mustafa Al Maraghi dalam tafsrinya al Maraghi menafsirkan, bahwasanya Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, bertakwalah kamu kepada Allah, dan takutlah kepadaNya, dengan menunaikan kewajiban-kewajiban yang Dia fardhukan, dan menghalangi larangan-laranganNya. Dan jadilah kamu didunia tergolong orang yang setia dan taat kepadaNya niscaya diakhirat kamu tergolong orang-orang yang benar-benar masuk surga. Dan janganlah kamu bergabung dengan orang munafik yang bercuci tangan dari dosa-dosa mereka dengan pengakuan dusta, lalu memperkuatnya dengan sumpah.[7]
Pentingnya etika dalam perdagangan bukan saja berdasarkan teks-teks wahyu dan hadist tetapi juga telah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad saw. Berkaitan dengan hal ini , Afzalur Rahman dalam bukunya , Muhammad sebagai pedagang menuliskan sebagai berikut[8]
            Adalah merupakan suatu fakta sejarah bahwa Muhammad tidak hanya melakukan perdagangan dengan adil dan jujur, akan tetapi ia bahkan meletakkan prinsif-prinsif mendasar untuk hubungan dagang yang adil dan jujur. Kejujuran keadilan dan konsistensi yng ia pegang teguh dalam transaksi-transaksi perdagangantelah menjadi teladan abadi –dalam segala jenis masalah perdagangan. Reputasi Muhammad sebagai pedagang yang jujur dan terpercaya telah terbina dengan baik sejak usia muda. Ia selalu memperlihatkan rasa tanggung jawab dan integritas yang besar dalam berurusan dengan orang lain.
c.   Asbabun Nuzul
      Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa sebelum terjadi perang Tabuk ( Perang Nabi yang terakhir ) ,Ka’ab bin Malik belum pernah ketinggalan ikut berperang bersama Rasulullah saw., Kecuali perang Badar. Pada waktu perang Tabuk, Nabi saw. Mengadakan mobilisasi umum untuk berangkat ke Tabuk. Hal ini diterangkan dengan hadist yang panjang. Berkenaan dengan Ka’ab inilah , turun ayat ayat pengampunan ( Q.S at Taubah 117-119 ). Dikemukakan bahwa Ka’ab bin Malik tidak mengikuti Rasulullah pada perang Tabuk, sehingga ia di boikot oleh kaum mukminin pada waktu itu.dengan turunnya ayat ini ia dan kaum Muslim lainnya mendapat ampunan Allah, dan pemboikotan pun berakhir.[9]

B.     Istiqamah
     mempunyai arti konsisten dalam iman dan nilai – nilai yang baik, meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan.Istiqamah dalam kebaikan di tampilkan dalam keteguhan dan kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus menerus misalnya interaksi yang kuat dengan Allah dalam bentuk sholat, zikir , membaca Alquran dan lain-lain. Proses itu menumbuhkembangkan suatu sistem yang memungkinkan kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan . Orang dan lembaga yang Istiqamah dalam kebaikan maka peluang- peluang bisnis yang prospektif dan  menguntungkan akan selalu terbuka lebar. [10]
Q.S al Ahqaaf : 13
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qä9$s% $oYš/z ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# Ÿxsù ì$öqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtøts ÇÊÌÈ  
 Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
( Q.S al Ahqaaf : 13 )


a.      Kata Kunci

§ (#qßJ»s)tFó$#NèO                           : Kemudian mereka tetap Istiqamah
ì óOÎgøŠn=tæ$öqyzxsù                     : Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka

b.      Tafsir
Setelah ayat yang sebelumnya menjelaskan sekelumit dari perolehan al muhsisnin, ayat diatas menjelaskan sedikit dari sifat mereka karena seakan akan ada yang bertanya tanya tentang keadaan meeka. Ayat di atas menyatakan : Sesungguhnya mereka adalah orang –orang yang percaya dan mengatakan secara tulus dan benar bahwa : Tuhan pencipta, pemelihara dan yang terus berbuat baik kepada kami adalah Allah yang tiada Tuhan , penguasa, dan pengatur alam raya selainnya.” Kemudian kendati berlaku sekian lama dari ucapan dan keyakinan itu mereka tidak digoyahkan oleh aneka godaan serta ujian, mereka tetap istiqamah, yakni bersungguh sungguh dan konsisten dalam ucapan juga perbuatannya menyangkut ucapan dan keyakinannya itu.Maka tidak ada kekhawatiran atas mereka, yakni rasa takut tidak menguasai jiwa mereka berkaitan dengan hal hal yang bakal terjadi. Betapapun hebatnya peristiwa itu dan mereka tiada pula berduka cita menyangkut apa saja yang telah terjadi betapapun besarnya yang terjadi. Ini disebabkan hati mereka sudah demikian tenang dengan kehadiran Allah bersama mereka. Mereka itula penghuni Syurga , mereka kekal selama lamanya didalmnya; sebagai imbalan atas apa yang senantiasa mereka kerjakan.
Firmannya ( ª!$#(# $oYš/z qä9$s%) yang terjemahannya adalah mengatakan tuhan kami adalah Allah bukan sekedar ucapan. Memang kata qala tidak harus selalu diartikan mengucapkan / mengatakan tetapi ia juga berarti keyakinan bahkan sikap dan tingkah laku. Atas dasar itu Sayyid Quthub tidak meleset dari kebenaran ketika manyatakan bahwa  : “ kalimat rabbuna Allah merupakan sistem yang menyeluruh bagi kehidupan, mencakup semua kegiatan dan arah, semua gerak dan detak detik hati serta pikiran . Dialah yang menegakkan tolok ukur bagi pikiran dan perasaan , bagi manusia dan dan segala sesuatu, bagi amal perbuatan dan dan peristiwa peristiwa serta hubungan hubungan pada seluruh wujud ini. Rabbuna Allah sehingga hanya kepadanya tertuju ibadah, hanya kepadanya kita mengarah, hanya kepadanya kita takut dan hanya dia pula yang dapat diandalkan, Rabbuna Allah tidak ada perhitungan bagi seseorang atau sesuatu selainnya. Sehingga semua kegiatan ,pemikiran , pengagungan hanya tertuju kepadanya  dan mengharapkan ridha nya.Tidak ada penyelesaian hukum kecuali petunjuknya. Rabbuna Allah menjadi semua yang wujud-baik mahluk berakal maupun benda-benda tak bernyawa- memiliki hubungan dengan kita, kita bertemu pada mereka pada hubungan kita dengan Allah. Demikian Rabbuna Allah merupakan sistem yang sempurna  bukan sekedar kalimat yang diucapkan bibir atau keyakinan yang bersifat pasif jauh dari kenyataan hidup.
Kata  ( NèO ) kemudian dipahami sebagai isyarat tentang tingginya kedudukan istiqamah serta kehadirannya setelah adanya iman kepada Allah. Istiqamah membutuhkan upaya pengawasan diri secara terus menerus sambil menyesuaikan dengan kandungan iman
Kata istiqamah adalah bentuk dari kata jadian ( infinitife noun ) dari kata kerja istiqamu .Ia terambil dari kata qama yang pada mulanya berarti lurus / tidak mencong. Menurut arti bahasa, istiqamah berarti pelaksanaan sesuatu secara baik dan benar serta bersinambung. Kata ini kemudian dipahami dalam arti konsisten dan setia melaksanakan sesuatu sebaik mungkin. Rujuklah ke Q.S Fusshilat : 30 untuk memahami lebih banyak tentang maksud kalimat tersebut.[11]
Penutup ayat di atas yang menekankan tentang ganjaran  yang diperoleh adalah imbalan dari apa yang diamalkan, sekali lagi menunjukkan bahwa qalu rabbuna Allah buka sekedar ucapan di bibir, tetapi dibuktikan secara konkret dalam amal perbuatan.
Prof . Hasby ash Sidiqiey dalam bukunya menjelaskan bahwa Segala orang yang berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”, kemudian berlaku lurus berjalan diatas garis agama dengan tulus hati, maka tak ada satupun yang dikhawatirkan terhadap mereka pada hari kiamat dan mereka pun tidak pula bergundah hati atas kehilangan dunia ini.[12]

Q.S al-Fusshilat : 30
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qä9$s% $oYš/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøŠn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# žwr& (#qèù$sƒrB Ÿwur (#qçRtøtrB (#rãÏ±÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. šcrßtãqè? ÇÌÉÈ 
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu"( Q.S al Fusshilat : 30 )

a.      Tafsir
Ayat ini menerangkan bahwa orang- orang yang mengatakan dan mengakui bahwa Tuhan yang menciptakan, memelihara, menjaga kelangsungan hidup dan memberi rezeki dan tuhan yang berhak disembah , Hanyalah Tuhan yang Maha esa saja, kemudian mereka tetap teguh dalam pendiriannya itu, maka para malaikat akan turun kepada mereka, untuk mendampingi mereka dalam saat-saat yang mereka perlukan, seperti di saat mereka meninggal dunia, waktu di dalam kubur dan  waktu mereka dihisab akhirat nanti, sehingga kesulitan yang mereka hadapi terasa menjadi ringan.
b.      Asbabun Nuzul
Diriwayatkan bahwa Ata’ dan Ibnu Abbas berkata : Ayat ini diturunkan berhubungan  dengan  Abu Bakar R.a bahwa orang- orang musyrik mengatakan : “ Tuhan kami adalah Allah , para malaikat adalah puteri-puterinya dan mereka adalah pemberi syafaat kepada kami di samping allah, sedang mereka tidak berpendirian teguh . Berkata Abu Bakar, Tuhan kami hanyalah Allah saja, tidak ada sekutu baginya dan Muhammad adalah hamba dan Rasulnya, Maka hendaklah kamu berpendirian teguh . Maka turunlah ayat ini yang menyatakan kebenaran jawaban Abu Bakar itu.[13]
Menurut Abu Bakar, yang dimaksud perkataan Istiqamu, ialah tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun.
Kepada orang yang beriman dan berpendirian teguh dengan tidak mempersekutukan Allah  dengan sesuatu apapun, Allah SWT menurunkan malaikat dengan menyampaikan kabar yang menggembirakan, memberikan segala yang bermanfaat, menolak kemudharatan, menghilangkan duka cita yang mungkin ada padanya dalam seluruh urusan duniawi ataupun ukhrawi sehingga dadanya menjadi lapang dan tenteram.tidak ada kekhawatiran pada diri mereka, sedang kepada orang-orang kafir datang setan yang selalu menggoda mereka, sehingga setan menjadikan perbuatan buruk indah menurut pandangan mereka.[14]

C.    Fathanah
Mempunyai arti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini akan menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiiki manakala seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan , peraturan, informasi ,baik yang berhubungan dengan pekerjaaan maupun perusahaan secara umum. Sifat ini pula lah yang mengantarkan Nabi Muhammad SAW  ( sebelum menjadi Nabi ) pada keberhasilan dalam kegiatan perdagangan ( Riwayat Imam Bukhari ).[15]
Sifat Fathanah ( perpaduan antara alim dan hafidz ) juga telah mengantarkan Nabi Yusuf a.s dan timnya berhasil membangun kembali negeri Mesir.
Q.S  Yusuf : 55
tA$s% ÓÍ_ù=yèô_$# 4n?tã ÈûÉî!#tyz ÇÚöF{$# ( ÎoTÎ) îáŠÏÿym ÒOŠÎ=tæ ÇÎÎÈ  
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". ( Q.s Yusuf : 55 )



a.      Tafsir
Beberapa ulama berdasarkan sebuah riwayat mengilustrasikan bahwa ketika terlaksana pertemuan antara raja dan yusuf As raja meminta yusuf As untuk menguraikan kembali makna mimpinya. Sambil menjelaskannya Yusuf As mengusulkan agar raja memerintahkan mengumpulkan makanan dan meningkatkan upaya pertanian. Ketika itulah raja bertanya, “Siapa yang dapat melaksanakan semua ini maka yusuf As berkata ,” Jadikanlah aku bendahara Negara.
Ayat diatas mendahulukan kata hafizh daripada kata alim. Ini karena pemeliharaan amanah lebih penting dari pengethuan. Seseorang yang memelihara amanah dan tidak berpengetahuan akan mendorong untuk meraih pengetahuan yang belum dimilikinya. Dan seseorang yang berpengetahuan tetapi tidak memiliki amanah, bisa jadi ia menggunakan pengetahuannya untuk menghianati amanah.[16]
D.    Amanah
mempunyai arti bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan keawajiban. Amanah ditampilkan dalam dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan ( berbuat yang terbaik ) dalam segala hal. Sifat amanah mesti dimiliki oleh setiap Mukmin, terlebih bagi yang mempunyai pekerjaan yang berhubungan dengan bisnis dan pelayanan kepada masyarakat.
Q.S an-Nisa : 58

* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ  
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. ( An Nisa : 58 )

a.      Kata Kunci

(#rŠxsè? br&          :  untuk menyampaikan
M»uZ»tBF{$# #        :  Amanat
$ygÎ=÷dr& n<Î#         : Kepada yang berhak menerimanya
b.      Tafsir
Ayat ini menjelaskan keburukan orang yahudi, seperti tidak menunaikan amanah yang Allah percayakan kepada mereka yakni amanah mengamalkan kitab suci dan tidak menyembunyikan isinya, kini Alqur’an kembali menuntun kaum muslim agar tidak mengikuti jejak mereka, karena ayat ini langsung menyebut nama Allah sebagai yang menuntun dan memerintahkan, sebagaimana terbaca dalam firmannya di atas ; . Sesungguhnya Allah adalah Maha Agung, yang wajib wujudnya serta menyandang segala sifat terpuji lagi suci dari segala sifat tercela, menyuruh kamu menunaikan amanat-amanat secara sempurna dan tepat waktu kepada pemiliknya, yakni yang berhak menerimanya, baik amanat Allah kepada kamu, maupun amanat manusia, betapun banyaknya yang diserahkannya kepada kamu, dan Allah juga menyuruh kamu apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia.
Amanah adalah sesuatu yang diserahkan Allah kepada pihak lain untuk dipelihara dan dikembalikan bila tiba saatnya atau bila diminta oleh pemiliknya. Amanah adalah lawan dari kata khianat. Ia tidak diberikan kecuali kepada orang yang dinilai oleh pemberinya dapat memelihara dengan baikapa yang diberikannya itu.
Agama mengajarkan bahwa amanah / kepercayaan adalah asas keimanan berdasrkan sabda Nabi Muhammad saw, “ Tidak ada iman bagi yang tidak memiliki amanah “ .
Di atas, terbaca  ayat ini menggunakan bentuk jamak dari kata amanah. Hal ini karena amanah bukan sekedar sesuatu yang bersifatmatrial, tetapi juga non material an bermacam – macam. Semuanya diperintahkan Allah agar ditunaikan . Ada amanah antara manusia dan Allah, antsara manusia dan manusia lainnya, antara manusia dan lingkungannya, dan antara manusia dengan dirinya sendiri. Masing masing memilki perincian, dan setiap perincian haarus dipenuhi, walaupun seandainya amanah yang banyak itu hanya milik seorang.
Ayat di atas ketika memerintahkan menunaikan amanat, ditekankannya bahwa amanat tersebut harus ditunaikan kepada ahliha yakni pemiliknya, dan ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia. Ini berarti bahwa perintah berlaku adil tu ditujukan terhadap manusia secara keseluruhan. Dengan demikian baik amanat maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa membedakan agama, keturunan, atau ras.[17]
c.       Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah Fathu Makkah, Rasulullah saw, memanggil Usman bin Thalhah untuk meminta kunci kakbah. Ketika ustman datang menghadap Nabi untuk menyerahkan kunci , berdirilah al Abbas seraya berkata Ya Rasulullah , demi Allah, serahkan kunci itu kepadaku. Saya akan rangkap jabatan tersebut dengan jabatan Siqayah ( urusan pengairan ) .” Ustman menarik kembali tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah : “ Berikanlah kuci itu wahai ustman kepadaku ,..! Ustman berkata : Inilah dia , amanat dari Allah. Maka berdirilah Rasulullah membuka kakbah dan kemudian untuk tawaf di Baitullah. Lalu turunlah Jibril membawa perintah supaya kunci itu diserahkan kembali kepada Ustman. Rasulullah melaksanakan perintah itu sambil membaca ayat tersebut di atas.[18]
 Sedangkan Syu’bah meriwayatkan didalam tafsirnya dari Hajjaj dari Ibnu Juraij dia berkata ,” ayat ini turun pada Ustman bin Thalhah ketika Fathu Makkah.Setelah Rasulullah saw. Mengambil kunci kakbah darinya, beliau masuk kekakbah bersamanya. Setelah keluar dari Kakbah dan membaca ayat diatas , beliau memanggil Ustman dan memberikan kunci Kakbah kepada kepadanya.Ketika Rasulullah saw. Keluar dari Kakbah dan membaca firman Allah di atas, Umar Ibnu Khattab berkata , sungguh saya tidak pernah mendengar beliau membaca ayat ini sebelumnya.’dari kata-kata Umar ini tampak bahwa ayat ini turun di dalam Kakbah.[19]
Q.S al-Anfal : 27
$pkšr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qçRqèƒrB ©!$# tAqߧ9$#ur (#þqçRqèƒrBur öNä3ÏG»oY»tBr& öNçFRr&ur tbqßJn=÷ès? ÇËÐÈ  
 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.( al Anfal : 27 )

a.      Kata kunci

Ÿ(#qçRqèƒrBw    :  janganlah kamu mengkhianati
öNä3ÏG»oY»tBr&   :  amanat- amanat yang dipercayakan kepadamu


b.      Tafsir
Allah SWT menyeru kaum Muslimin agar mereka tidak mengkhianati Allah dan Rasulnya , yaitu mengabaikan kewajiban- kewajiban yang harus mereka laksanakan, melanggar larangan- larangannya, yang tealah ditentukan dengan perantaraan wahyu. Dan tidak mengkhianati amanat yang telah dipercayakan kepada mereka, yaitu mengkhianati segala macam urusan yang menyangkut ketertiban umat, seperti urusan pemerintahan, urusan perang, urusan perdata, urusan kemasyarakatan dan tata tertib hidup masyarakat. Untuk mengatur segala macam urusan yang ada dalam masyarakat itu diperlukan adanya peraturan yang ditaati oleh segenap anggota masyarakat dan oleh pejabat-pejabat  yang dipercaya mengurusi kepentingan ummat. Peraturan- peraturan itu secara prinsiftelah diberikan ketentuannya secara garis besar didalam Alquran dan Hadist. Maka segenap yang berpautan dengan segala urusan kemasyarakatan itu tidak boleh bertentangan dengan prinsif-prinsif yang telah ditentukan. Karenanya segenap peraturan yang menyangkut kepentingan ummat tidak boleh dikhianati, dan wajib ditaati ssebagaimana mestinya. Hampir seluruh kegiatan dalam masyarakat ini berhubungan dengan kepercayaan itu. Itulah sebabnya maka Allah SWT melarang kaum Muslimin mengkhianati amanat, Karena apabila amanat sudah tidak terpelihara lagi berarti hilanglah kepercayaan. Dan apabila kepercayaan telah hilang maka berarti ketertiban hukum tidak akan terpelihara lagi dan ketenangan hidup bermasyarakat tidak dapat dinikmati lagi.
            Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa bahaya yang akan menimpa masyarakat lantaran mengkhianati amanat yang telah diketahui , baik bahaya yang akan menimpa mereka di dunia , yaitu merajalelanya kejahatan dan kemaksiatan yang menggoncangkan hidup bermasyarakat, ataupun penyesalan yang abadi dan siksaan api neraka yang akan menimpa mereka di akhirat nanti.
            Khianat adalah sifat orang- orang munafik, sedang amanah adalah sifat orang-orang
Mukmin. Maka orang Mukmin harus menjauhi sifat khianat itu agar tidak terjamgkit penyakit nifak yang dapat mengikis habisnya Iman.

c.       Asbabun Nuzul
            Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Lubabah ketika Rasulullah SAW.  mengepung suku Quraizah dan memerintahkan mereka untuk menerima putusan Sa’ad. Sesudah itu Quraizah berunding dengan Abu Lubahah tentang menerima putusan Sa’ad itu, karena keluarga Abu Lubahah dan harta bendanya berada dalam kekuasaan mereka.  Kemudian Quraizah menunjuk ke lehernya ( yakni sebagai tanda untuk disembelih ) . Abu Lubahah berkata  : “ sebelum kedua telapak kakiku bergerak, aku telah mengetahui bahwa diriku telah berkhianat kepada Allah da Rasulnya. Kemudian Ia bersumpah tidak akan maka apapun sehingga ia mati, atau Allah menrima taubatnya . Kemudian Ia pergi ke masjid dan mengikat dirinya ke tiang , dan tinggal beberapa hari disana sehingga jatuh pingsan, karena badannya sangat lemah. Kemudian Allah SWT menerima taubatnya. Dan Ia bersumpah , bahwa ia tidak boleh melepaskan dirinya dari ikatannya selain oleh Rasulullah sendiri. Kemudian ia berkata : “ Hai Rasulullah ! saya bernazar untuk melepaskan hartaku sebagai sadaqah. Rasulullah SAW , bersabda : “ cukuplah bersadaqah sepertiganya.[20]

            Q.S al Mu’minun : 8
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÏF»oY»tBL{ öNÏdÏôgtãur tbqããºu ÇÑÈ  
 Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya
 ( Q.S al Mu’minun : 8 )

a.      Kata kunci
öNÎgÏF»oY»tBL{        :  pada amanat mereka
öNÏdÏôgtãur        :  Dan janji mereka
tbqããºu              :  Mereka memelihara
b.      Tafsir
tö            NÎgÏF»oY»tBL{ öNèd ûïÏ%©!$#ur (dan orang orang yang terdapat amanat yang dipercayakan kepada mereka) dapat dibaca secara jamak dan mufrod, NÏdÏôgtãur dan janji mereka yang mereka adakan diantara sesama mereka atau antara mereka dengan Allah, seperti Shalat dan lainnya. bqããºu (mereka memeliharanya) benar- benar menjaganya.
Memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan menepati janjinya, Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan sifat keenam dari seorang mukmin yang beruntung itu, ialah suka memelihara amanat amanat yang dipikulnya, baik dari Allah SWT ataupun dari sesama manusia, yaitu bilamana kepada mereka dititipkan barang atau uang sebagaimana amanat yang harus disampaikn kepada orang lain, maka mereka benar-benar menyampaikan amanat itu sebagaimana mestinya dan tidak berbuat khianat. Demikian pula bila mereka mengadakan perjanjian, memenuhinya dengan sempurna. Mereka menjauhkan diri dari sifat kemunafikan seperti tersebut dalam sebuah hadist yang masyhur. Yang menyatakan tanda orang munafik itu ada tiga yaitu berbicara suka berdusta jika menjanjikan sesuatu suka menyalahi dan jika diberi amanat suka berkhianat[21].

Q.S al Ma’arij : 32

tûïÏ%©!$#ur öLèe öNÍkÉJ»oY»tBL{ ôMÏdÏôgtãur tbqããºu ÇÌËÈ  
 Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
( Q. S al Ma’arij : 32

a.      Kata kunci

NÎgÏF»oY»tBL{        :  pada amanat mereka
NÏdÏôgtãur        :  Dan janji mereka
bqããºu             :  Mereka memelihara



b.      Tafsir
Pada ayat sebelumnya yakni Q.S al Ma’arij ayat 19-30 telah disinggung bahwa manusia pada umumnya mempunyai sifat suka berkeluh kesah dan kikir. Apabila manusia ditimpa kesusahan, maka selalu berkeluh kesah. Begitu juga ketika manusia mendapat rahmat, maka manusia menjadi kikir. Karena itu Allah memberikan cara untuk menghilangkan sifat tersebut dari diri manusia yaitu dengan mengerjakan sholat pada waktu yang telah ditetaokan , menunaikan zakat, beriman pada hari pembalasan , takut atas azab Allah dan memelihara kehormatan, kemudian pada pada Q.S al Ma’arij ayat 32 ini Allah menerangkan syarat-syarat lain yang dapat menghilangkan sifat berkeluh kesah dan sifat kikir yakni memelihara amanat yang di percayakan kepadanya. Amanat dapat berebentuk perjanjian atau kesanggupan untuk melakukan atau tidak melakukan suatau perbuatan.Kesanggupan memelihara amanat termasuk salah satu sifat seorang Muslim. Dilanjutkan pada Q.S al Ma’arij ayat 33 dan 44 juga disebutkan cara lain untuk menghilangkan sifat kikir dan suka berkeluh kesah yaitu memberikan kesaksian dengan jujur serta memelihara shalat dengan baik. Di tutup pada Q.S al Ma’arij ayat 35 bahwa manusia yang menjalankan cara-cara tersebut akan mendapatkan balasan surga, “ulaika fi amanatihim mukramun”.[22]

E.     Longgar dan Bermurah Hati
Dalam transaksi bisnis terkadang terjadi kontak bisnis antara penjual dan pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah hati.kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang penjual akan mendapat berkah dalam penjualan dan akan diminati oleh pembeli.Kunci suksesnya adalah satu yaitu service kepada orang lain. Rasulullalh saw .bersabda :” senyummu kepada saudaramu adalah sedekah bagimu “ ( H.R Al Turmidzi )
Bukanlah senyum dari seorang penjual terhadap pembeli merupakan wujud refleksi dari sikap ramah yang menyejukkan hati sehingga orang lain akan senang. Dan bukan tidak mungkin pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan setia yang akan menguntungkan pengembangan bisnis di kemudian hari. Sebaliknya , jika penjual bersikap kurang ramah, apalagi kasar dalam melayani pembeli, justru mereka akan melarikan diri dalam arti tidak akan mau kembali lagi.[23]
Q.S Ali Imran : 159
( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( 
  Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Q.S Ali Imran : 159 )di

a.      Tafsir
Firman Allah  :  Sekiranya Engkau bersikap keras lagi berhati kasar..,mengandung makna bahwa engkau, Muhammad bukanlah seorang yang berhati keras. Sahabat- sahabat Nabi selalu berada di sekeliling beliau , senang bersama beliau  dan tidak jemu jemu mendengar sabda beliau, dan walau semua merasa mendapatkannya, tidak seorangpun merasa , bahkan kehangatan yang diperoleh orang lain mengurangi kmahluehangatan yang didambakannya. Persis seperti kehangatan matahari, betapapun kehangatan nya diperoleh semua mahluk, tidak satu pun yang mengeluh kekurangannya.
Firman Nya : Berlaku keras lagi berhati kasar, menggambarkan sisi dalam dan sisi manusia. Berlaku keras menunjukkan sisi luar manusia dan berhati kasar , menunjukkan sisi dalamnya . Kedua hal ini dinafikkan dari Rasulullah, memang ,keduanya perlu dinafikkan dari Rasul saw. Memang ,keduanya perlu dinafikkan secara bersamaan karena, boleh jadi , ada yang berlaku keras tapi hatinya lembut atau hatinya lembut tapi tidak mengetahui sopan santun. Karena yang terbaik adalah yang menggabung keindahan sisi luar dalam perilaku yang sopan, kata –kata yang indah sekaligus hati yang luhur, penuh kasih sayang. [24]
Nabi Muhammad saw.adalah orang yang Berbudi pekerti yang halus , berhati lunak lembut dan penyayang kepada umatnya. Oleh sebab itu berduyun duyun manusia masuk agama Islam yang dibawanya. Oleh karena itu ia tidak lupa bermusyawarah dengan mereka tentang pekerjaan yang bersangkut paut dengan urusan negeri seoerti dari hal peperangan dsb. Setelah Nabi bermusyawarah dengan mereka dan telah sempurna alat perkakasnya,baharulah ia mengerjakan pekerjaan itu, sambil menyerahkan diri kepada Allah.[25]
b.      Asbabun Nuzul
Pada waktu kaum Muslimin mendapatkan kemenangan dalam peperangan Badar, banyak orang –orang Musyrikin yang menjadi tawanan perang. Untuk menyelesaikan masalah itu Rasulullah saw mengadakan musyawarah dengan Abu Bakardan Umar bin Khattab. Rasulullah meminta pendapat Abu Bakar tentang tentang tawanan perang tersebut. Abu Bakar memberikan pendapatnya, bahwa tawanan perang itu sebaiknya dikembalikan keluarganya dengan membayar tebusan. Hal ini sebagai bukti bahwa Islam itu lunak, apalagi kehadirannya baru saja. Kepada Umar bin Khattab juga dimintai pendapat. Dia mengemukakan, bahwa tawanan perang itu di bunuh  saja. Yang diperintah membunuh   adalah keluarganya. Hal ini dimaksudkan agar dibelakang hari mereka tidak berani mnghina dan mencaci Islam, sebab bagaimanapun Islam perlu memperlihatkan kekuatannya di mata mereka. Dari dua pendapat yang bertolak belakang ini Rasulullah saw sangat kesulitan untuk mengambil kesimpulan. Akhirnya Allah menurunkan ayat 159 ini yang menegaskan Agar Rasulullah berbuat lemah lembut, Kalau berkeras hati , tentu mereka tidak akan menarik simpati sehingga mereka akan lari dari ajaran Islam. Alhasil ayat ini turun sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar ash Shiddiq. Di sisi lain memberi peringatan kepada Umar apabila dalam permusyawaratan pendapatnya tidak diterima hendaklah bertawakkal kepada Allah swt. Sebab Allah sangat mencintai orang yang bertawakkal. Dengan turunnya ayat ini maka tawanan perang itupun dilepaskan sebagaimana saran Abu Bakar.[26]








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Urgensi etika bisnis yaitu perilaku yang mencerminkan akhlak ( etika ) seseorang. Atau dengan kata lain, perilaku berrelasi dengan etika. Apabila seseorang taat pada etika, berkecenderungan akan menghasilkan prilaku yang baik dalam setiap aktifitas atau tindakannya, tanpa kecuali dalam aktifitas bisnis.
2.      Secara konkret bisa diilustrasikan jika seorang pelaku bisnis yang peduli pada etika , bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat kepentingan orang lain ( moral  alturistik ) dan sebagainya. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai kesadaran etika, dimanapun dan kapanpun saja tipe kelompok orang kedua ini akan menampakkan sikap kontra produktif dengan tipe kelompok orang pertama dalam mengendalikan bisnis. Prasyarat untuk meraih keberkahan atas nilai traspenden  seorang pelaku bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip etika yang telah digariskan oleh Alquran , antara lain :
a.       Berprilaku Shiddiq
b.      Berperilaku  Amanah
c.       Berprilaku Fathananh
d.      Berprilaku Istiqamah, serta
e.       Longgar dan bermurah hati

B.     saran
Kepada setiap Umat Islam diharapkan untuk melaksanakan kegiatan bisnis dengan berpedoman kepada etika yang telah dijelaskan Allah di dalam Alquran dan juga seperti yang di contohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. Agar Usaha bisnis yang dijalankan tidak hanya memperoleh keuntungan dan keberkahan didunia , tetapi juga keuntungan dan keberkahan di akhirat. Dan terkhusus kepada rekan-rekan mahasiswa agar mensosialisasikan etika bisnis secara Islami kepada masyarakat untuk mencapai tatanan kehidupan berbisnis yang lebih baik dikemudian hari.


21
 

DAFTAR PUSTAKA

Al Quranul Karim
Akmal, Azhari. Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi, Bandung : Cipta Pustaka
Media perintis,2012
As-Suyuthi, Jalaluddin.Sebab Turunnya Ayat- Ayat Alquran,
Depok : Gema  Insani,2008.
Dahlan , Ahmad dan Q.shaleh. Asbabun Nuzul , Bandung : Diponegoro, 2000.
Departemen Agama, Alquran dan tafsirnya jilid VII,  semarang : Citra Effhar,
. Rajawali pers, 2002,
Djakfar , Muhammad. Etika Bisnis Islam , Malang : UIN Malang Pres , 2007.
Djakfar , Muhammad. Etika Bisnis Islam Tataran teoritis dan praktis ,Malang :
UIN Malang Pres , 2008.
Hafiduddin, Didin.  Islam Aplikatif.  Jakarta : Gema Insani, 2003.
Jalaluddin, Imam al Mahali, Tafsir Jalalain. Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1990
Keraf ,Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya ,Yogyakarta : Kanisius ,1998 .
Mustafa Al-Maraghi, , Ahmad. Tafsir Al-Maraghi, Semarang:  CV.Toha Putra, 1987.
Muhali A. Mudzab, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran .Yogyakarta :
Shihab, M. Quraish. Tafsir al Mishbah volume II. Ciputat : Lentera Hati , 2002.
                                . Tafsir al Mishbah volume III. Ciputat : Lentera Hati , 2002.
                                . Tafsir al Mishbah volume V . Ciputat : Lentera Hati , 2002.
                                . Tafsir al Mishbah volume XII. Ciputat : Lentera Hati , 2002.
Suwiknyo, dwi. Ayat-Ayat Ekonomi Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010.
Tasmara, Toto.Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta :Gema Insani, 2002.
Yunus , Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta : Hidakarya Agung ,1992
Universitas Islam Indonesia , Alquran dan Tafsirnya , Yogyakarta :
PT. Bhakti Prima Yasa, 1991.





22
 



[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14
[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin,  Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Toto Tasmara,Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani,2002),. Hal. 80
[6] M.Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah  vol. V., ( Ciputat : Lentera Hati ,2002 ),.hal. 280
[7] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV.Toha Putra, 1987), hal.76
[8]  Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi ( Bandung : Ciptapustaka Media perintis ,       2012),.hal.263
[9] Q.shaleh dan Ahmad Dahlan, Asbabun Nuzul (Bandung : Diponegoro, 2000)., hal.285
[10] Didin Hafidhudin,.Op.cit.,hal. 36
[11] M.Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah  vol. XII., ( Ciputat : Lentera Hati ,2002 ),.hal. 399-400

[12] .Hasby Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal.18
[13] Departemen Agama, Alquran dan tafsirnya jilid VII,( semarang : PT Citra Effhar, 1993 ) ., hal. 659
[14] Ibid, hal.660
[15] Didin hafhiduddin, Opcit. ,hal.37  
[16]  M.Quroish shihab, Tafsir Al Misbah (Jakarta:  lentera hati, 2009).,  hal .127
[17] M.Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah  vol.II., ( Ciputat : Lentera Hati ,2002 ),.hal. 582

[18] Q.shaleh dan Ahmad Dahlan.,op.cit hal.145
[19] Jalaluddin As –Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Alquran ( Depok : Gema Insani, 2008) , hal.172
[20] Universitas Islam Indonesia , Alquran dan Tafsirnya , (Yogyakarta : PT. Bhakti Prima Yasa, 1991 ),.hal. 745-748
[21] Imam Jalaluddin al Mahali, Tafsir Jalalain. ( Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1990 ),.hal. 1411
[22] Dwi suwiknyo , Ayat-Ayat Ekonomi Islam. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010 ),.hal.16-17
[23]  Muhammad dzakfar,.op.cit. hal. 29
[24]  M.Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah  vol. II., ( Ciputat : Lentera Hati ,2002 ),.hal. 312

[25] Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim ( Jakarta : Hidakarya Agung ,1992) , hal,. 95
[26]  A. Mudzab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran. ( Yogyakarta : Rajawali  Press, 2002),.hal.184

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak kamu di sini ya..!
Silahkan isi dan komentari dengan sopan
Salam Blogger.

Pages