Medan-Binjai-Medan 1

                             

Setelah hampir dua tahun merencanakan, akhirnya niat untuk bersliaturahmi ke rumah dua orang sahabatku yang berdomisili di Binjai, Faisal dan Mu’az akhirnya kesampaian. Maklumlah pada hari-hari biasa masing masing dari kami mempunyai kesibukan sehingga rencana-rencana untuk berkunjung ke Binjai pun terpaksa ditunda.

Jum’at 16 Agustus, Aku dan sahabatku Dwi Rizky berangkat dari Medan pukul 14.45 dengan menumpang kereta api Sri Lelawangsa. Walau badan udah sebesar gini, namun ini baru pertama kali aku naik kereta api, lucu juga rasanya. Kesan pertama naik kereta api sih seru karena kereta apinya bersih dan lapang. Selain itu aku baru sadar kalau kereta api ini egois dan gak pernah mau mengalah. Lihat saja ketika kereta api lewat , pasti semua kendaraan yang lewat baik itu mobil/motor pasti di suruh berhenti.

Akhirnya kami  tiba di Binjai pukul 15.30. Gak berasa sih. Konyolnya ketika semua penumpang uda pada turun kami malah duduk aja. Sampek akhirnya si Dwi bertanya kepada salah seorang penumpang. “Bang ini udah di Binjai ya?” sungguh pertanyaan yang sangat memalukan. Maklumlah Karena ini kali pertama kami naik kereta api ke Binjai.

Kami pun di jemput oleh dua orang sahabatku, Faisal dan Mu’az dengan mengendarai sepeda motor. Rute pertama silaturahmi kami di Binjai adalah rumah Faisal. Letak rumahnya tak terlalu jauh dari Stasiun sekitar 15 menit-an lah.

Rumah Faisal sangat nyaman, bersih dan rapi. Suasananya pun tak terlalu berisik seperti di Medan karena letaknya yang agak masuk ke gang, tidak tepat berada di jalan lintasnya.Hampir mirip seperti suasana di kampungku, banyak pepohonan dan rindang. Namun sayang kami datang tidak di moment yang tepat. Karena  rambutan nya Faisal, rambutan Binjai yang terkenal itu  belum berbuah, masih pada berbunga.

 Kami di sambut oleh ibu nya Faisal. Beliau sangat ramah dan bersahabat. Enak lah diajakin cerita. Calon mertua idaman kalo aku bilang bagi kalian para perempuan.

Kami duduk duduk sebentar di ruang tamunya. Hingga akhirnya kue hari raya pun datang berseliweran. Kue nya enak enak dan banyak macamnya. Minumannya pun istimewa, kalengan semua. Mantaflah pokoknya.

Aku, Mu'az dan Faisal beserta suasana kue lebaran di rumahnya

Setelah itu rute kami selanjutnya adalah rumah si Mu’az. Letaknya hampir di pusat kota Binjai yang rame dan tepat berada di jalan lintas. Rumahnya pun cukup asri karena banyak pepohonannya, terutama pohon rambutan.

Kami juga disambut oleh ibu si Mu’az .Beliau baru saja pulang dari aksi untuk Mesir di Masjid Agung. Orang tua si Mu’az pun ramah. Pasti bangga sekali bisa punya orang tua seperti mereka. Kami pun Duduk duduk sebentar dan kue lebaran pun datang menghampiri. Sama seperti di rumah si Faisal kuenya si Mu’az pun istimewa. Cuma karena sudah kebanyakan di rumah Faisal kami pun hanya makan secukupnya.

Ketika hari sudah mulai agak sore, kami pun bergegas permisi dari rumah Mu’az karena akan ada agenda selanjutnya yakni Nobar Film La Tahzan di BSM . Denger denger katanya sih seru gitu filmnnya. Karena takut gak kebagian tiket kami pun bergegas berangkat ke TKP.

Faisal dan Dwi Rizky
Sampai di sana kami pun langsung membeli tiketnya.Tak lama berselang kami pun mulai memasuki panggung pemutaran film. Betapa terkejutnya kami, karena kursi nya sangat banyak namun kosong semua. Bisa dihitung dengan jari berapa orang yang menempati tempat duduknya. Itupun dengan pasangannya masing-masing. Lah kami 4 orang anak lajang yang sedang kesepian.

Kami pun semakin bertambah tak nyaman karena ternyata film yang kami tonton sangat slow dan tidak pas menurut ukuran kami. Cuman menang di judulnya saja. Karena isinya sangat jauh seperti apa yang kami harapakan. Kalau kata si Faisal sih semuanya serba nanggung, religi gak dapat, kisah remaja juga gak dapat, film motivasi pun gak dapat apalagi ketegangan ketegangan ala film action pun gak dapat.Bingung lah pokoknya. Kami berempat merasa kecewa. Ada salah satu pesan dalam film tersebut yang diucapkan oleh si pemeran dan tampaknya malah lebih cocok kalau dikaitkan dengan film tersebut.

“Orenji”, manis diluar tapi isinya tidak semanis kelihatannya, malah bahkan tidak terasa apa-apa. Itulah kata kata yang sering diucapkan di dalam film ini dan itu pula lah penggambaran film ini menurut kami berempat. Tampaknya kami hanya terpesona oleh judul dan tampilan film ini saja. Padahal isinya sangat sangat biasa.Dari sini kami mendapat pelajaran kalau ingin menonton film itu minimal sudah mengetahuilah bagaimana trailer/ ataupun review dari berbagai media di Internet.

Kami berempat pun pulang dengan perasaan kecewa..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak kamu di sini ya..!
Silahkan isi dan komentari dengan sopan
Salam Blogger.

Pages