Ber“DINAMIKA”




Semenjak lomba penulisan ini diumumkan akan berkahir pada hari Jumat 18 Oktober  pukul 24.00 tengah malam,  sebenarnya aku merasa bingung hendak menuliskan apa mengingat kesibukan ku saat ini dan juga kesibukan para kru yang mungkin juga sama seperti yang aku rasakan. Kamu tahu sendiri kan Din, Bulan ini kita punya banyak agenda besar, mulai dari online edisi harian, perekrutan kru baru, majalah edisi 33, pekan kreatifitas dan juga Pena Persma yang waktunya sudah tinggal didepan mata. Ditengah keterbatasan  waktu  dan lelahnya kondisi badan, aku tidak ingin melewatkan lomba ini begitu saja, aku tetap mencoba sekuat tenaga menuangkan apa yang ada dibenak kepalaku malam ini hanya untuk Mu, Dinamika ku yang saat ini telah berusia 20 tahun. Tentu aku akan sangat merasa malu dan tak tahu diri  jika tidak bisa ikut berpartisipasi memeriahkan lomba dalam rangka hari kelahiranmu ini. Mengingat banyaknya curahan ilmu dan pengalaman yang telah kau berikan, baik ilmu jurnalistik, ilmu komunikasi, bahkan  ilmu agama.


Didalam tulisan ini aku ingin berkisah tentang dirimu ya Din, yah walau aku sadar belum layak menuliskan semua ini karena aku hanyalah anak kemarin sore yang belum banyak berkontribusi untuk membesarkan namamu. Tetapi didalam waktu singkat yang telah kita lalui kurang lebih 2 tahun ini ijinkan aku untuk menuangkan kisah yang pernah aku lalui bersama dengan dirimu.

Menjadi kru pers merupakan cita citaku sejak dibangku SMA, makanya ketika aku mendengar namamu disebut-sebut oleh teman ku ketika aku pertama kali menginjakkan kaki di IAIN ini, aku pun langsung mematri namamu dihatiku. Keingintahuanku tentang dirimu pun semakin berlanjut ketika aku melihat anggotamu datang kekelas ku dan memamerkan produk produk andalanmu. Seketika, setelah itu aku pun berjanji untuk bisa ikut menjadi salah satu bagian dari Mu.

Akhirnya cita cita yang aku inginkan pun terpenuhi. Aku bisa menjadi salah satu bagian dari dirimu setelah menjalani proses yang cukup melelahkan yakni magang selama 3 bulan. Seperti yang juga kebanyakan kawan kawan alami dan ketahui bahwa menjadi kru magang itu adalah salah satu hal yang sangat membosankan, karena hampir setiap minggu bahkan setiap hari selalu ada tugas yag diberikan untuk dikerjakan. Tapi syukurlah semua itu dapat aku jalani. Aku menyadari kalau itu semua adalah sebuah proses yang harus dilalui untuk bisa membawa ku menjalani kegiatan yang sebenarnya di Dinamika.

Awalnya kupikir menjadi bagian darimu  itu mudah, namun setelah beberapa bulan aku jalani waktu bersamamu, pemikiran ku itu pun tergoyahkan. Dirimu membuatku keteteran Din. Aku galau, risau, bingung, bahkan sempat terpikirkan untuk meninggalkanmu. Aku bingung  harus bertindak bagaimana? Jadwal kuliahku yang awalnya mulus dan lancar pun mulai berantakan. Aku harus berangkat kuliah pagi dan pulang pada malam hari, bahkan kadang harus pulang pada keesokan harinya. Banyak tugas kuliah yang tak terselesaikan. Aku juga pernah kena daftar merah tidak bisa mengikuti ujian karena tidak hadir dalam beberapa pertemuan perkuliahan karena harus melewatkan waktu bersamamu. Ada beberapa teman bahkan dosen menyepelekan kemampuan ku bahkan sampai merendahkan nama baikmu, jujur aku tak terima itu Din.  Selain itu aku juga mulai terasing dari pergaulan teman teman sekelasku. Mereka selalu mengucilkanku dan menyebut bahwa aku tidak kompak dan tak sejalan dengan mereka, banyak agenda kelas yang aku tinggalkan demi untuk melalui hariku bersamamu. Parahnya lagi aku pernah berantam dan dicuekin dengan teman sekamar ku gara gara ada pemberitaan di salah satu produk yang kau terbitkan memojokkan organisasinya. Ya walaupun itu sebenarnya bukan salahmu. Tapi tetap saja ia tak mau mengerti penjelasan  yang coba ku berikan.

Setelah beberapa kejadian itu, aku pun berniat untuk meningglkanmu beberapa waktu dan fokus terhadap kuliahku. Namun tindakan ini malah ternyata sangat mengacaukan kehidupanku. Aku sangat kehilangan kedinamikaan ku dalam beraktifitas. Aku tambah tak semangat menjalani perkuliahan.

Aku pun mulai berintrospeksi dan membenahi diri. Setelah ku evaluasi ulang dan berkonsultasi ke klinik Tong Fang ( yang ini rekayasa) , akhirnya kutemukan bahwa itu semua bukanlah salahmu, itu sepenuhnya adalah mutlak kesalahanku yang tak pandai membagi dan memanage waktu. Aku selalu mengkambinghitamkan dirimu untuk berbagai aktifitas yang enggan aku kerjakan, bahkan aku sampai tega mengorbankan nama baikmu demi kepentingan yang tak layak aku lakukan.  Mulai detik itu aku berjanji untuk bangkit dan berprestasi bersamamu.

Perlahan aku mencoba bangkit dari keterpurukan dan  mulai belajar banyak hal dari Mu. Aku  belajar publik speaking,  menulis, mengedit,  menganalisis,  mendesain, Html, blogging, website, marketing, kepemimpinan, debat, bahkan tentang agama aku juga banyak belajar darimu . Masih sedikit sih memang yang bisa aku pelajari, namun aku berjanji untuk tidak malas dan selalu giat belajar apa saja yang ada pada Mu. Dari sedikit proses belajar yang aku lakukan itu, teman-temanku mulai memperhitungkan keberadaanku dan membicarakan eksistensi dirimu Din, aku bahagia mendengarnya. Aku dipercaya oleh teman-temanku untuk mendesain acara mereka, baik itu brosur maupun sertifikat. Aku juga ditawari untuk melayout buku, Aku diminta untuk mengajari mereka menulis, blogging, debat, dan publik speaking. Teman temanku yang tadinya cuek dan mengucikanku juga akhirnya perlahan  mulai faham dengan aktifitas ku bersama Mu. Tak hanya itu , teman temanku juga semakin banyak, dari berbagai wilayah di Indonesia seiring dengan tugas yang  kau amanahkan untuk aku selesaikan. Aku bahkan bisa bersahabat baik dengan mereka. Aku juga bisa menebus berbagai keraguan teman dan dosenku dengan menjadi top score dikelasku untuk IP tertinggi, yah walau masih dilingkungan kelas sih. Tapi setidaknya aku bisa membuktikan kepada mereka bahwa aku bisa berprestasi bersamamu Din. Selain itu, suatu waktu yang lalu, aku pernah menunjukkan keberadaanmu kepada orangtuaku. Aku sangat faham dengan pemikiran orangtuaku. Mereka sangat anti dengan yang namanya organisasi. Nah ternyata mereka tidak marah bahkan merestui dan bangga karena aku bisa menjadi bagian darimu, mereka bangga dengan karya yang aku buat bersamamu. Aku sangat bahagia mendengarnya.

Seiring dengan bertambahnya waktu untuk belajar berbagai hal di Dinamika, waktu yang aku korbankan pun cukup banyak dan terkadang membuat aku sangat kelelahan bahkan sampai beberapa harus jatuh sakit. Namun hal yang aku lakukan ini ternyata belum ada apa apanya jika dibandingkan dengan yang dilakukan oleh dua orang sosok perempuan yang sangat gigih dalam menjalani kesehariannya. Aku jadi termotivasi melihat mereka yang tak lain adalah pimpinanku di Dinamika. Para kru biasa menyebutnya dengan “JALU” yakni akronim dari kedua nama Jannah dan Lulu. Jannah adalah pimpinan umum di LPM Dinamika, dan Lulu adalah pimpinanku di divisi redaksi.Yah walaupun mereka berdua perempuan, tetapi mereka bukan perempuan biasa. Banyak hal yang telah mereka lakukan bahkan melebihi kemampuan para lelaki. Mereka mampu mengemban amanah yang luar biasa beratnya. Terkadang aku saja sampai tak sanggup memikirkan beratnya beban yang mereka emban. Tapi itu semua bisa mereka lakukan. Salut dan bangga  untuk “JALU”. Semoga bisa terus menularkan semangat dan kegigihannya untuk  membesarkan  Dinamika kepada seluruh kru disetiap waktu.



* Tulisan ini dilombakan dalam acara perayaan hari jadi LPM Dinamika yang ke 20 Tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak kamu di sini ya..!
Silahkan isi dan komentari dengan sopan
Salam Blogger.

Pages