Catatan SUJU ( Sumarak Jurnalistik H1 )


Aku mencoba untuk konsisten menuliskan apa saja yang kualami dan kudapatkan selama aku ikut pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional ini, aku juga sengaja buat catatan ini dengan bahasa santai yang ngalir aja, istilahnya ya suka hati aku mau nulisnya gimana, karena aku berfikiran kalau terlalu banyak difikir-fikir nanti gak jad nulisnya. Coba kalau ngalir aja kayak gini, nah ini uda gak terasa uda hampir 5 baris , daripada kebanyakan intermezzo langsung ajalah...

Senin pagi , kami dibangunkan dari tidur lelap kami sekitar pukul 04.45 pagi. Sebenarnya masih ingin tidur sih, apalagi badan rasanya capek setelah menempuh perjalanan hampir 28 jam ditambah udara dingin yang terasa menusuk tulang, tapi dari balik pintu ada suara panita,  sayu nan lembut yang  terus memanggil manggil, seakan memaksa kami untuk bangun. Aku dengarkan dengan seksamam suara itu, namun lama kelamaan  malah menghilang. Aku pun coba untuk memejamkan mata lagi. Namun tidak demikian dengan rekanku yang berasal dari Palembang, Ia langsung bangun dan menuju kamar mandi. Melihat dia bangun aku pun gak mau ketinggalan  ikutan bangun juga.

Setelah semua peserta terbangun, panitia pun mempersilahkan kami untuk sholat subuh berjamaah, dihari pertama ini tampaknya semua peserta masih on time untuk bangun di waktu paginya. Semoga saja bisa terus berlanjut sampai satu minggu kedepan dan bisa terus istiqamah sholat berjamaah nya. Semangat terus tuk seluruh panitia dalam membangunkan peserta.

Lanjut setelah sholat subuh berjamaah, agenda yang dipersiapkan oleh panitia adalah mengajak seluruh peserta untuk berkeliling di Universitas Andalas. Walaupun hari sudah tampak terang, tapi masih aja terasa dinginnya. Kebanyakan para peserta pun mengenakan Jaket semua.


Foto di rektorat Unaand bersama kru Dinamika

Jalan jalan pagi di Unand itu kayak jalan-jalan pagi di Berastagi , nyaman, udaranya bersih, asri dan sejuk . Saking sejuknya aku mesti masukin kedua tanganku kedalam kantong jaket sambil mengepalkan tangan. Kalau menurut ku, Unand ini pas kali  untuk tempat belajar dan beraktifitas. Sayang aku gak ditakdirkan untuk belajar disini. Tapi setidaknya aku pernah menginjakkan kaki sampai disini dan bisa menceritakan apa yang kurasakan untuk kubagi ke kawan kawan semua. Gedung di Unand terletak di bukit Karamuntiang ( nama lokal untuk sejenis buah buahan liar yang hidup dibukit ini ) 

Foto dari atas gedung rektorat, di belakang tampak Kota padang dan Pantainya


Gedung-gedung nya juga unik karena warnanya hampir sama semua. Harli salah seorang kru dari Genta mengatakan kalau gedung di Unand itu khas arsitektur Jepang. Kalau aku kuliah disini pasti betah kali. Nah mantafnya lagi, dikarenakan letaknya yang diantara bukit bukit, rektorat di sini pun gak  ingin membuat capek mahasiswa nya untuk berjalan kaki. Pagi itu kami coba rasakan sendiri, jalan-jalan keliling Unand gempor juga rasanya karena mesti jalan naik  kaki naik turun bukit, maka dari itu pihak kampus menyediakan 50 armada bus yang siap untuk mengantar seluruh mahasiswa yang ingin beraktifitas di Unand. Semuanya itu bisa gratis dinikmati. Mantaf  kan, IAIN  kira-kira kapan ya?

Bus Unand yang beroperasi setiap saat mengangkut mahasiswa 

**
Langsung lanjut ke siang harinya , sekalian menghemat waktu karena gak mungkin kuceritakan semua. Nah disiang harinya sekitar jam setengah dua para peserta PJTLN dengan memakai baju pers nya masing masing mulai berangkat menuju Auditorium Unand, gak nyangka auditorium udah penuh disesakin ribuan orang yang ingin menyambut kedatangan kami ( Narsis ) maksudnya ingin mengikuti seminar bareng Felix Siauw. Hal ini dikarenakan acara pembukaan Sumarak Jurnalistik memang dipadukan dengan seminar nasional. Menurutku strategi Unand ini patut ditiru untuk mengantisipasi acara pembukaan yang biasanya monoton dan terlalu sepi. Dengan adanya seminar nasional seperti ini setidaknya acara pembukaan bisa terlihat meriah bahkan mewah hal ini terbukti dengan penuh nya auditorium Unand disesaki ribuan orang.


Suasana Pembukaan Sumarak Jurnalistik



Ada yang unik dalam acara pembukaan, di sini MC nya memakai baju adat minang, selain itu para penari pembukaan -nya juga kru Genta Andalas semua. Menurutku manajemen mereka cukup bagus dan bisa untuk ditiru.

Satu hal lagi yang unik ketika PU Unand langsung menyindir rektor yang hadir dihadapan  ribuan para peserta yang memenuhi auditorium hanya karena diberi uang sebanyak tiga ratus ribu untuk menyelenggarakan Sumarak Jurnalistik ini . Sampai-sampai banyak juga para peserta PJTLN yang ikut bersorak. Sungguh keberanian yang patut diacungi jempol karena untuk mengajak rektor datang ke acara pembukaan katanya merupakan hal yang susah. Tapi setelah datang malah disindir sindir pula. Salute lah untuk PU Genta.

Acara pembukaan ini pun semakin bertambah meriah ketika Felix Siauw datang menjadi pemateri seminar. Felix yang datang dengan gaya batik dan kepala plontosnya berhasil memikat ribuan orang yang hadir dengan logika logika yang mudah diterima akal sekaligus dilengkapi dengan dalil dalil sahih menurut Islam. Dalam seminar ini tema yang dibahas adalah “ How to Master Your Habits” yang merupakan judul buku yang ditulisnya juga. Felix menjelaskan kalau habits itu adalah sesuatu yang dilahirkan  dari ibu yang bernama Practice  dan dari ayah yang bernama repetition. Penasaran ? silahkan beli aja bukunya di toko buku terdekat. Bagus banget ini bukunya untuk dibaca anak muda. Alhamdulillah aku uda baca.


Sebenarnya banyak banget catatan catatan dalam note ku yang pingin juga ku ketik tuk kumasukkan ke dalam blog ini, tapi berhubung saat ini aku masih jadi peserta PJTLN yang waktunya uda diatur semua sama panitia, maka aku cuma bisa nulis blog ini sampai disini. 


Di laptopku saat aku menulis sekarang uda menunjukkan jam 11.45 malam. Besok pagi mesti bangun pagi dan  jam 6  paginya kami mesti buat video keberbagai berbagai pelosok Unand, termasuk ke pasar pasar juga.

Mohon maaf kalau tulisan ku ini kurang enak dibaca, diksinya kurang tepat ataupun banyak EYD, tanda baca atau apapun itulah yang buat gak enak dibaca. Aku berharap kawan kaawan mau memberikan saran dan kritikannya .

Aku ingin mengakhiri tulisan malam ini dengan kata kata Felix Siauw ketika ditanya oleh salah seorang siswa SMA peserta seminar kemarin, saat itu siswa itu bertanya bagaimana caranya agar bisa menulis sebagai habits, kemudian Felix menjawab kalau  hal termudah adalah dengan memaksanya walaupun saat itu sedang dalam kondisi tidak punya ide untuk menulis. Felix menyarankan agar tetap menulis walau dengan kata kata “ Aku sedang tidak ada ide, dan aku sedang belajar menulis” intinya tuliskan saja apa yang ada dalam benak fikiranmu saat itu. Masalah cerita dan tekhnik lainnya bisa dipelajari asalakan tekun dan giat berusaha..

Demikian sedikit cerita dari Padang, tunggu juga cerita berikutnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak kamu di sini ya..!
Silahkan isi dan komentari dengan sopan
Salam Blogger.

Pages